Tauhid: Rahasia Kekuatan Hidup yang Menyatukan Semua Makhluk!

Diposting pada

 

Fataya.co.id – Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk merealisasikan atau menggunakan tauhid dalam kehidupan kita sehari-hari, karena tauhid merupakan ajaran dalam dasar Islam yang di atasnya dibangun adanya syariat-syariat agama.

Tauhid berasal dari Bahasa Arab, Wahhada Yuwahhidu Tauhidan, yang berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa, satu atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan pada keesaan Allah SWT. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Secara bahasa, tauhid berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Tauhid adalah keesaan Allah Swt. Ini mengarah pada kuatnya kepercayaan bahwa Allah SWT hanya satu, tidak ada yang lain, tidak ada tuhanselain Allah SWT. Pengertian Tauhid berarti mengakui keesaan Allah.

Dengan demikian, sebagai umat Islam kita hanya berhak meminta dan menyembah kepada Allah SWT. Hal itu searah dengan surat Az-Zumar ayat 14-15 yang artinya: “Katakanlah: ‘Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku’. Maka sembahlah oleh kalian (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia.” (Q.S. az-Zumar [39]: 14-15)

Table of Contents

Pentingnya Tauhid bagi Umat Muslim

Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Teknologi Industri (HMI FTI) mengadakan kajian keislaman bertajuk “Mengenal Tauhid dan Problematika Keumatan” pada Sabtu (16/4) secara daring bersama Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII.

Dalam kajian itu, Rohidin menyampaikan bahwa mempelajari ilmu tauhid itu sangat penting bagi umat Islam. Pasalnya, keyakinan merupakan hal yang penting bagi manusia sekaligus kebutuhan hak asasi pada manusia untuk membangun peradaban.

Ia juga mengemukakan bahwa kenyataannya keyakinan itu beragam dan perlu pilihan. “Tetapi perlu diingat bahwa keyakinan yang beragam itu pasti tidak semua benar, yang benar hanya satu,” ujarnya. Oleh karena itu, keyakinan harus bersumber dari kebenaran.

Manusia itu relatif, maka dalam sejarahnya manusia menganut sistem keyakinan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara positivistik, sistem doktrin literal, dan sistem tauhid.

Islam mengajarkan keyakinan dengan cara sistem tauhid, yaitu menggabungkan antara cara positivistik dan doktrin literal. Sistem tauhid ini dikonsepsikan bahwa Allah Swt. adalah zat Yang Maha Esa yang merupakan sebab dari segala sebab dalam rantai kausalitas. Sistem tauhid juga membenarkan bahwa manusia dibekali fitrah.

Tauhid juga akan memberikan cara pandang muslim terhadap manusia, kemasyarakatan, alam semesta, dan akhir kehidupan. Tauhid itu sebagai suatu sistem yang artinya tidak tunggal dan ada rangkaian yang lain yang saling berhubungan satu sama lain dan saling mendukung.

Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.

“Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa ilmu tauhid menjadi dasar pedoman dalam ajaran Islam. Ilmu inilah yang akan membantu manusia menetapkan aqidah keagamaan melalui dalil atau aturan yang jelas. Di samping itu, orang yang mampu menerapkan arti tauhid dengan baik dalam kehidupan, maka akan menjadi individu yang ikhlas dalam menerima setiap ketentuan Allah,” jelas Tgk Muhammad Hafidh.

Konsep Tauhid dalam Al-Quran dan Hadist

Masalah tauhid merupakan salah satu masalah yang serius dan luas dalam konsep keagamaan dan Al-Qur’an. Karena itu, masalah tauhid dibagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan. Terkait dengan pembahasan tauhid dalam Al-Qur’an, hal itu disebutkan secara rinci dan jelas pada surah-surah dan ayat-ayat pada Al-Qur’an. Metode dan pola Al-Qur’an dalam menjelaskan konsep-konsep ini adalah suatu hal yang asasi. Metode ini disebut sebagai metode tafsir tematis Al-Qur’an.

Di dalam ajaran agama, setiap membahas persoalan tauhid maka yang menjadi pokok pembicaraan ialah pembahasan tentang Dzat Ilahi, dengan segala sifat-sifat dan tingkatannya. Dengan demikian, setiap disebutkan lafaz jallalah (Allah SWT), maka hal itu mengindikasikan pada masalah tauhid dan indikasi ini diyakini oleh para mufasir dalam penafsiran ayat 136 surah Al-Baqarah. Tentu saja jelas bahwa matlab ini tidak dapat digunakan untuk petunjuk literal (dalālat lafziah) dan sharih (tegas), melainkan terkait dengan petunjuk yang mengikat (dalālat iltizāmi) dengan memperhatikan berbagai indikasi eksternal (qarina khariji) dan dalil-dalil literal (lafziyah) lainnya yang dapat disimpulkan dari berbagai ayat dan riwayat.

Benar bahwa dalam Al-Qur’an terdapat sebagian surah yang merupakan surah pendek dan ringkas namun mengandung pembahasan fundamental tauhid dan ushuluddin (ajaran pokok agama). Sebagaimana yang dapat dijumpai pada surah Al-Fatihah.

BACA JUGA :   Lirik Wulidal Musyarrof Arab, Latin dan Terjemahannya

Terkait dengan tingkatan tauhid dan jenisnya dalam masalah ini para teolog membaginya sebagai berikut:

  1. Tauhid Dzat
  2. Tauhid Sifat
  3. Tauhid Perbuatan (fi’il)

Di mana dalam pembagian tauhid ini terdapat pembagian lagi seperti, tauhid dalam penciptaan (khāliqiyyah), tauhid dalam pengaturan (rububiyyah), tauhid dalam kekuasaan (hākimiyyah), tauhid dalam ketaatan (Ithā’a) dan penghambaan, tauhid dalam penetapan hukum (tasyri’i) dan tauhid dalam ibadah (‘ubudiyyah).

Dalam menjelaskan berbagai tujuan, konsep dan risalahnya, Al-Qur’an memiliki metode dan pola yang jelas. Metode tersebut adalah sebagian ayat Al-Qur’an menafsirkan sebagian ayat lainnya. Hal ini bermakna bahwa sebuah ayat disebutkan pada suatu tempat tertentu dan dengan kandungan konteks tertentu setelah itu terdapat ayat lain yang menjelaskan maksud ayat tersebut.

Macam-macam Tauhid

Tauhid terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma Wa Sifat. Pembagian ketiganya mengacu pada Al-Qur’an surah An Nas.
Mengutip buku “Al-Quran dan Hadis” yang disusun oleh Muhaemin, berikut penjelasan dari setiap macam tauhid.

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengendali alam semesta. Dia dapat menghidupkan dan mematikan dengan takdir-Nya serta dapat mengendalikan seluruh alam semesta dengan sunah-sunah-Nya.

Memahami tauhid rububiyah bertujuan agar manusia mengakui tentang keagungan Allah SWT atas semua makhluk yang diciptakan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Mu’minun ayat 86-87:

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ – ٨٦ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ – ٨٧

Artinya: “Katakanlah, “Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang agung?” Mereka akan menjawab, “(Milik) Allah.” Katakanlah, “Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan ibadah, seperti salat, puasa, zakat, berkurban, berserah diri, dan berharap hanya kepada-Nya.

Tauhid jenis ini bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya Allah SWT semata yang berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini menjadikan manusia tunduk, taat, serta mengikuti perintah-Nya dan tentunya menjauhi larangan-Nya.

Ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah termaktub dalam surah An Nahl ayat 36.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ – ٣٦

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

3. Tauhid Asma Wa Sifat

Tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifat-Nya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunah rasul-Nya.

Mempelajari tauhid yang artinya beriman kepada nama Allah dan sifat-Nya ini bertujuan untuk mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk dirinya adalah benar (haq) dan mutlak. Allah SWT berfirman:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى – ٨

Artinya: “(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (QS. Taha: 8).

Peranan Tauhid dalam Kehidupan

Untuk memberikan pemahaman lebih jauh mengenai tauhid, berikut fungsi dan peranan tauhid atau akidah sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Zainul Bahri dalam buku “Pendidikan Tauhid dalam Perspektif Konstitusi.”

  1. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak ia lahir.
  2. Memberi ketenangan dan kedamaian pada jiwa. Dalam hal ini, agama sebagai kebutuhan fitrah atau pegangan manusia akan menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencari atau mendalaminya.
  3. Menjadi pedoman hidup yang pasti. Meyakini Tuhan akan memberikan arahan dan pedoman yang pasti dalam kehidupan manusia.

Sekian Informasi yang bisa disampaikan dan dijelaskan di sini, semoga bermanfaat ya//Terima Kasih!!

endraa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *