Terpesona dengan Istidraj: Mengupas Tuntas Pengertian dan Ciri-ciri Keindahan yang Menghanyutkan

Diposting pada

Fataya.co.id – Apakah kamu pernah mendengar istilah istidraj? Istidraj adalah sebuah konsep dalam Islam yang memiliki ciri-ciri yang perlu kita kenali dan hindari. Istidraj adalah ketika Allah SWT memberikan nikmat kepada seseorang yang terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya. Nikmat ini sebenarnya bukanlah rahmat, melainkan hukuman.

Dirangkum dari buku Bunga Rampai Tausiah (2020) istidraj adalah istilah dari bahasa Arab yaitu daraja yang artinya naik satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Istidraj bisa juga disebut sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak secara langsung.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istridraj adalah hal atau keadaan luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada orang kafir sebagai ujian sehingga mereka takabur dan lupa diri kepada Tuhan-Nya, seperti Firaun dan Karun.

Dikutip dari laman NU Online, istidraj diartikan sebagai jebakan kenikmatan yang diberikan kepada seseorang yang jarang beribadah dan sering melakukan maksiat tetapi hidupnya terus dilimpahi kenikmatan.

Contoh istidraj dapat berupa berbagai bentuk kenikmatan dunia, seperti harta, kesehatan, kekuasaan, dan kedudukan. Kenikmatan tersebut sering membuat manusia terlena dan lupa bahwa semuanya adalah titipan Allah SWT.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al ‘Araf: 182-183 yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.”

Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena merasa kenikmatan yang didapatkan adalah anugerah. Padahal, kenikmatan tersebut adalah ujian yang harus dihadapi.

Istidraj sering kali membuat manusia terlena dan lupa kepada Allah SWT, bahkan merasa tidak membutuhkan-Nya lagi.

Table of Contents

Ciri-ciri Istidraj

Istidraj memang samar dibedakan dengan bentuk kesenangan lainnya karena sama-sama berupa kenikmatan duniawi.

Namun, umat Islam perlu mengetahui ciri-ciri istidraj supaya bisa membedakan mana kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah SWT dan mana kesenangan yang datangnya dari kemurkaan Allah SWT.

Dilansir dari buku Mengeluhlah Karena Kita Membutuhkannya (2021), berikut ciri-ciri istidraj dari Allah SWT:

1. Keimanan dan ibadah kita kepada Allah SWT sedang menurun. Namun kesenangan dan kenikmatan duniawi terasa semakin melimpah dan mudah didapat.

Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah SWT dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendak-Nya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka berupa istidraj.

BACA JUGA :   Breaking News: Muhammadiyah Tentukan Hari Pertama Puasa Ramadan 1445 H!

2. Terus melakukan kemaksiatan tetapi kesenangan dan kesuksesan justru semakin melimpah.

Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata: “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau melihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal.121)

3. Semakin kikir justru harta semakin melimpah. Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya (Q.S. Al-Humazah [104]: 1-3).

Ayat di atas menjelaskan tentang orang yang kikir dan menghitung-hitung hartanya. Ia mengira harta yang ditumpuknya itu akan mengukuhkan posisi dan kekuasaannya di muka bumi.

Maka Allah SWT akan menjadikan hal itu sebagai istidraj dengan sengaja membuatnya makin kikir dan makin bertambah harta kekayaannya.

4. Merasa hidupnya begitu tenang dan tenteram meskipun tidak pernah menjalankan ibadah dan sering melakukan maksiat.

5. Merasa segala kenikmatan yang didapatkan di dunia semata karena usaha sendiri tanpa campur tangan Allah SWT.

6. Jarang terkena penyakit walaupun sering melakukan perbuatan maksiat dan lalai beribadah.

7. Jarang ditimpa musibah meskipun tidak pernah mengingat Allah SWT.

Dalil Tentang Istidraj dalam Al Quran

Sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Uqbah bin ‘Aamir RA. “Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba kelimpahan dunia atas maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka, maka ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah istidraj.”

Kemudian, Rasulullah membacakan ayat 44 dari surah al-An’aam. Artinya, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Bahayanya istidraj atau abaian Allah SWT ini bisa terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia, aspek politik, sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan agama.

endraa.

Sumber : CNN Indonesia

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *