TomTom dan temuan mengejutkan tentang situasi lalu lintas Jakarta yang semakin memburuk.

Krisis Lalu Lintas Jakarta: Temuan Mengejutkan TomTom Terungkap!

Diposting pada

Fataya.co.id – Perusahaan teknologi geolokasi terkemuka, TomTom, baru-baru ini merilis TomTom Traffic Index terbaru yang menyajikan gambaran terkini tentang tingkat kemacetan di berbagai kota di dunia. Menurut laporan tersebut, Jakarta mengalami penurunan satu peringkat dalam daftar kota termacet di dunia.

TomTom dan temuan mengejutkan tentang situasi lalu lintas Jakarta yang semakin memburuk.

Dalam peringkat terbaru, Jakarta kini menempati peringkat ke-30, turun dari peringkat ke-29 pada tahun sebelumnya. Meskipun mengalami penurunan posisi, data yang dirilis menunjukkan adanya peningkatan kemacetan yang cukup signifikan sepanjang tahun 2023 di ibu kota Indonesia.

TomTom Traffic Index mencatat bahwa perjalanan sejauh 10 km di Jakarta memakan waktu rata-rata 23 menit dan 20 detik, mengalami kenaikan sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, statistik ini bukanlah satu-satunya indikator masalah lalu lintas di Jakarta.

Waktu terburuk tercatat pada 9 Maret 2023, di mana pengendara di Jakarta harus menghabiskan waktu 30 menit 10 detik untuk menempuh jarak 10 km.

Selama satu tahun, warga Jakarta kehilangan waktu sebanyak 117 jam atau setara dengan 4 hari 21 jam dalam perjalanan macetnya. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 10 jam 21 menit dibandingkan dengan tahun 2022.

BACA JUGA :   Abbas Baraou Bergejolak! Siap Tempur Demi Gelar Eropa

Bukan hanya waktu yang hilang, tetapi kemacetan di Jakarta juga berdampak finansial secara signifikan. Biaya bahan bakar dan konsumsi bahan bakar menyumbang lebih dari 60% dari anggaran pengendara di Jakarta, melebihi rata-rata 351 kota yang disurvei oleh TomTom Traffic Index.

Melihat kondisi ini, perlu perhatian serius dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk mencari solusi guna mengatasi masalah kemacetan yang semakin meresahkan di Jakarta.

Meningkatnya waktu perjalanan dan biaya yang harus ditanggung oleh warga tidak hanya menjadi beban individual tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kota secara keseluruhan.

Sumber: @beritasatu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *