Dalam beberapa bulan terakhir, dunia telah disaksikan oleh kondisi cuaca yang ekstrem, membawa dampak yang luar biasa. Para ilmuwan menyebutnya sebagai “film bencana” dengan peningkatan suhu, kebakaran hutan, badai kuat, dan banjir dahsyat. Menurut laporan terbaru, umat manusia baru saja melewati periode 12 bulan terpanas dalam setidaknya 125.000 tahun.
Menurut David Reay, direktur eksekutif Edinburgh Climate Change Institute di University of Edinburgh, “Kita telah menjadi terbiasa dengan serangkaian catatan iklim yang terjadi seperti efek domino dalam beberapa tahun terakhir.” Para ilmuwan mengidentifikasi bahwa tahun 2023 hampir pasti akan mencatatkan dirinya sebagai tahun terpanas dalam sejarah, dengan lima bulan berturut-turut mengalami suhu yang memecahkan rekor.
Menurut analisis data internasional yang diterbitkan oleh kelompok riset nirlaba Climate Central, dari November 2022 hingga akhir Oktober 2023, dunia mengalami periode 12 bulan dengan suhu rata-rata 1,32 derajat Celsius di atas suhu pra-industri, yang merupakan yang tertinggi dalam catatan sejarah.
“Pemanasan global yang intens dan berkelanjutan sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan peningkatan suhu di seluruh planet ini,” jelas Andrew Pershing, wakil presiden ilmu pengetahuan di Climate Central. Melalui telepon kepada wartawan, Pershing menegaskan bahwa situasi ini bukanlah hal yang normal dan bahwa suhu ekstrem yang dihadapi manusia saat ini adalah akibat dari pelepasan terlalu banyak karbon dioksida ke atmosfer.
Dengan kondisi iklim yang semakin mengkhawatirkan, banyak pihak berharap bahwa langkah-langkah serius akan diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Sejumlah ilmuwan dan aktivis iklim menyuarakan perlunya tindakan global segera untuk mencegah krisis iklim yang lebih parah di masa depan.
Sumber:@liputan6