Memahami Tingkatan Sabuk Pagar Nusa yang Harus Kamu Ketahui Sebagai Siswa

Diposting pada

Sabuk Pagar Nusa – Pencak Silat merupakan salah satu seni bela diri tradisional Indonesia yang memiliki sejarah dan nilai-nilai budaya yang mendalam.

Di tengah keberagaman aliran Pencak Silat, terdapat sebuah organisasi yang menjadi salah satu pelopor dan penjaga keaslian seni bela diri ini, yaitu Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa. Pagar Nusa adalah organisasi yang mewadahi pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama.

Table of Contents

Sejarah Pencak Silat Pagar Nusa dan Pendiri Pagar Nusa

Sejarah didirikannya Pencak Silat Pagar Nusa lahir dari semangat para ulama dan santri Nahdlatul Ulama (NU) yang ingin memadukan seni bela diri dengan nilai-nilai keagamaan Islam.

Organisasi ini Didirikan pada tahun 1986 oleh KH. Makruf Ghozali, seorang ulama yang juga ahli dalam bidang Pencak Silat. Pencak Silat Pagar Nusa kemudian menjadi wadah bagi para santri NU yang ingin mempelajari seni bela diri dengan pendekatan spiritual dan moral yang kuat.

Tujuan Pagar Nusa

Penelitian ini mengungkapkan bahwa tujuan utama dari kegiatan pencak silat Pagar Nusa adalah untuk mencapai nilai-nilai ketakwaan dan pengabdian kepada Allah, sambil menjadikan manusia sebagai khalifah yang sempurna di bumi.

Dimana Pagar Nusa Didirikan?

Sehingga, Pagar Nusa didirikan di Indonesia pada tanggal 3 Januari 1986 (22 Rabbi’ul Akhir 1406 H) di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Falsafah dan Prinsip Pagar Nusa

Pencak Silat Pagar Nusa memiliki falsafah yang sangat kuat dalam mengembangkan seni bela diri. Mereka memandang bahwa Pencak Silat bukan hanya tentang fisik dan teknik pertarungan, tetapi juga tentang moralitas dan spiritualitas. Falsafah tersebut tercermin dalam prinsip-prinsip dasar Pagar Nusa, yaitu:

  • Kesetiaan kepada Allah: Anggota Pagar Nusa diajarkan untuk selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Mereka diberikan pemahaman bahwa bela diri adalah sarana untuk menjaga keadilan dan kebaikan.
  • Kesetiaan kepada Tanah Air: Anggota Pagar Nusa diharapkan menjadi patriot sejati yang mencintai dan siap mempertahankan tanah air Indonesia.
  • Kesetiaan kepada NU: Pagar Nusa adalah bagian dari Nahdlatul Ulama, dan anggotanya diharapkan selalu mendukung dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang dianut oleh NU.
  • Kesetiaan kepada Guru: Hubungan antara guru dan murid sangat dihormati di Pagar Nusa. Guru dianggap sebagai sumber ilmu dan spiritualitas.

Pencipta Lambang Pagar Nusa

Pada saat yang sama, KH Suharbillah merancang lambang Pagar Nusa. Lambang tersebut berbentuk segi lima dengan latar belakang hijau, memiliki gambar bola dunia di tengahnya, disertai dengan sembilan bintang dan trisula sebagai simbol pencak silat.

Sejarah pagar nusa

Pengembangan dan Pendidikan

Pencak Silat Pagar Nusa tidak hanya fokus pada aspek fisik bela diri, tetapi juga pada pengembangan karakter dan moral anggotanya. Mereka mengadakan pelatihan dan kursus yang mencakup berbagai aspek Pencak Silat, termasuk teknik pertarungan, seni bela diri, dan pengembangan diri.

Selain itu, Pagar Nusa juga aktif dalam menggelar kejuaraan Pencak Silat tingkat nasional dan internasional. Kejuaraan ini menjadi ajang bagi anggota Pagar Nusa untuk menguji kemampuan mereka dan mengukir prestasi di kancah internasional.

Warna Tingkatan Sabuk Pagar Nusa

Di dunia bela diri dan pencak silat, tingkatan sabuk memiliki peran penting yang sering kali belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Sabuk-sabuk ini, dengan warna dan tanda yang berbeda pada setiap levelnya, menjadi simbol kemampuan dan status seorang atlet atau pendekar dalam dunia pencak silat.

Secara umum, sabuk dalam pencak silat berfungsi sebagai penanda sejauh mana seseorang telah menguasai seni bela diri ini. Selain itu, sabuk juga digunakan untuk menunjukkan tingkat keanggotaan dalam organisasi pencak silat tertentu. Oleh karena itu, sabuk sering menjadi motivasi bagi anggota untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya guna naik level dan mengganti sabuk.

BACA JUGA :   Rahasia Identifikasi: Contoh Kunci Determinasi Hewan yang Mudah Dipahami!

Salah satu organisasi pencak silat terkemuka yang memiliki sistem tingkatan sabuk adalah Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa, yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Dalam PSNU, para anggota yang ingin naik level sabuk harus melewati Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). UKT ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan peserta dalam pencak silat.

Proses UKT di Pencak Silat Pagar Nusa berlangsung setiap 4 bulan sekali. Bagi calon anggota PSNU, mereka harus melewati semua level, yang dimulai dari sabuk putih, kemudian kuning, merah, biru, cokelat, hingga sabuk hitam. Setelah mencapai sabuk hitam, mereka baru diakui sebagai anggota resmi PSNU.

Dalam memberikan promosi sabuk, terdapat beberapa kriteria yang digunakan. Salah satunya adalah melalui sistem pertandingan, di mana aktivitas peserta dalam pertandingan dan prestasi yang diraihnya menjadi faktor penentu untuk mendapatkan promosi sabuk. Selain itu, ada metode sparing atau yang sering disebut “rolling”, di mana seseorang diangkat tingkat sabuknya jika mampu menerapkan teknik-tekniknya dalam sesi sparing. Terakhir, metode umum yang digunakan adalah ujian, mirip dengan ujian sekolah. Dalam ujian ini, anggota harus memperagakan teknik-teknik yang ditentukan oleh penguji atau pelatih.

Dalam Pencak Silat Pagar Nusa, tingkatan sabuk memiliki warna yang berbeda dan masing-masing memiliki sebutan tersendiri. Warna sabuk ini menjadi penanda kemampuan seseorang dalam mendalami Pencak Silat Pagar Nusa. Berikut adalah tingkatan sabuk Pagar Nusa beserta sebutannya:

  • Sabuk Hijau dengan lencana Putih: Sebutan di lapangan adalah “Santri,” bukan “Siswa.” Di organisasi, mereka disebut “Anggota.”
  • Sabuk Hijau dengan lencana Kuning: Sebutan di lapangan adalah “Santri,” bukan “Siswa.” Di organisasi, mereka disebut “Anggota.”
  • Sabuk Hijau dengan lencana Merah: Sebutan di lapangan adalah “Santri,” bukan “Siswa.” Di organisasi, mereka disebut “Anggota.”
  • Sabuk Hijau dengan lencana Biru: Sebutan di lapangan adalah “Santri,” bukan “Siswa.” Di organisasi, mereka disebut “Anggota.”
  • Sabuk Hijau dengan lencana Coklat: Sebutan di lapangan adalah “Asisten Pelatih,” bukan “Siswa.” Di organisasi, mereka disebut “Anggota.”
  • Sabuk Hijau dengan lencana Hitam: Sebutan di lapangan adalah “Pelatih,” bukan “Warga.” Dalam organisasi, mereka disebut “Anggota Tetap”, bukan “Warga”.

Dengan pemahaman yang baik tentang tingkatan sabuk dan proses pengaktifan, anggota Pencak Silat Pagar Nusa dapat meraih prestasi dan kemajuan dalam dunia pencak silat. Sabuk bukan hanya sebagai tanda kemampuan, tetapi juga sebagai simbol dedikasi dan perjuangan dalam menguasai seni bela diri ini.

Pencak Silat Pagar Nusa bukan hanya sebuah organisasi seni bela diri, tetapi juga sebuah wadah untuk pengembangan karakter, moral, dan spiritualitas. Dengan menggabungkan nilai-nilai Islam dan seni bela diri tradisional, Pagar Nusa telah menjadi salah satu kekuatan utama dalam mempromosikan Pencak Silat sebagai warisan budaya Indonesia yang berharga. Organisasi ini terus berjuang untuk melestarikan dan mengembangkan seni bela diri ini agar tetap relevan dan bermanfaat bagi generasi masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *