Fataya.co.id – Pada realitanya, ketika kita menjalani kehidupan pasti akan menjumpai banyak tipe dan karakter manusia. Tidak semua manusia atau orang yang kita temui adalah individu yang baik.
Mungkin beberapa di antara manusia yang kita temui tersebut adalah orang yang jahat. Begitu jahatnya orang tersebut sampai-sampai ada yang melabelinya sebagai orang zalim.
Terlampau keji dan kejamnya perilaku dari orang zalim tersebut, bahkan terkadang ada yang hingga mendoakannya dengan keburukan. Lantas apakah mendoakan orang zalim keburukan diperbolehkan dan dibenarkan? Untuk mengetahui hal tersebut, simak penjelasan di bawah ini.
Table of Contents
Arti Doa
Doa adalah salah satu dari sekian banyaknya bukti bahwa ada hal yang di luar kendali umat beragama atau umat yang memiliki keyakinan. Hal-hal yang berada di luar kendali mereka inilah yang menjadi urusan Tuhan YME. Selain itu, doa juga dapat sebagai bentuk pengharapan, keyakinan dan rasa syukur bahwa segala sesuatu akan terwujud seperti yang para pendoa inginkan.
Lagi-lagi tentunya, tetap Tuhan YME yang akan merealisasikan hal tersebut pada keadaan nyata. Berdoa bisa kita lakukan kapan saja, di mana saja, pada situasi apa saja dan untuk apa pun itu yang kita inginkan. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi beberapa orang untuk memberikan doa buruk kepada orang yang telah menzaliminya. Menurut sebagian orang, mendoakan orang zalim keburukan adalah salah satu cara untuk menunjukkan betapa pedih rasa sakit hati dan fisik yang ia derita akibat perilaku orang zalim tersebut.
Mendoakan Keburukan Menurut Agama / Keyakinan
Mendoakan keburukan kepada orang yang zalim adalah suatu tindakan yang sering kali menimbulkan banyak pertimbangan moral dan etika. Pada berbagai tradisi agama, filosofi, dan nilai-nilai kemanusiaan, umumnya akan selalu ada pembicaraan seputar hukum dari mendoakan orang zalim keburukan. Ini adalah topik yang sangat kompleks dan menimbulkan perdebatan serta banyak sudut pandang yang berbeda.
Dalam banyak agama dan filsafat, terdapat ajaran tentang pentingnya mengasihi, mengampuni, dan berbelas kasih terhadap sesama. Penerapan hal-hal kebajikan tersebut juga tidak terlepas atau tanpa terkecuali kepada mereka yang berbuat kasar, keji, jahat atau zalim. Hal ini dapat kita temukan dalam ajaran agama-agama besar seperti Kristen, Islam, Buddha, Hindu, dan lainnya.
Prinsip-prinsip ini seringkali mendorong umat beragama atau yang memiliki keyakinan untuk memaafkan dan memberikan doa untuk kebaikan, bahkan kepada orang yang berperilaku zalim sekalipun.
Ajaran agama dan ketuhanan banyak menjadi dasar dalam tidak memberikan doa buruk pada orang zalim. Hal tersebut karena pada dasarnya semua manusia akan berubah, dari jahat menjadi baik dan juga sebaliknya dari baik menjadi jahat.
Memberikan doa yang buruk justru akan terus membuat orang zalim menjadi semakin zalim, daripada membuatnya menjadi orang yang lebih baik. Dengan demikian, mendoakan orang zalim kebaikan adalah cara untuk membuat orang zalim tersebut menjadi lebih baik lagi.
Mendoakan Keburukan Menurut Kebutuhan Alami
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, tak jarang kita mendapatkan perlakuan zalim. Perlakuan zalim ini bisa dalam bentuk fisik, verbal atau emosional. Sebagai manusia yang mempunyai hati dan perasaan, kita akan merasakan lonjakan emosi yang mendalam ketika mendapatkan perlakuan zalim.
Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi individu tersebut untuk meluapkannya dalam bentuk doa buruk. Adanya perasaan kesal atau kecewa yang begitu mendalam terhadap seseorang yang zalim tersebut membuatnya memberikan doa yang buruk.
Persaan kesal atau kecewa bisa berasal dari lisan atau perilaku yang menyinggung perasaan. Hal-hal yang menusuk hati atau melukai secara fisik, pada akhirnya dapat mendorong seseorang yang merasakannya untuk mengungkapkan kekesalannya melalui doa.
Mendoakan orang zalim keburukan menjadi salah satu cara untuk membalaskan dendam atau meluapkan emosi akibat luka batin atau luka fisik yang ia dapat dari orang zalim. Beberapa orang memandang bahwa mendoakan orang zalim keburukan adalah hal yang benar. Namun, sebagian besar ajaran agama mengajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan untuk berusaha memahami sisi kemanusiaan dari orang yang melakukan kesalahan.
Mendoakan keburukan kepada orang yang zalim juga dapat memiliki konsekuensi psikologis dan moral yang kompleks. Ketika seseorang merasa terluka atau terhinakan oleh perilaku zalim seseorang, keinginan untuk membalas atau menginginkan keburukan bagi pelaku kejahatan itu mungkin timbul sebagai reaksi emosional alami. Namun, di sinilah pentingnya pengendalian diri dan mempraktikkan nilai-nilai toleransi, pengampunan, dan kebaikan hati.
Pertimbangan Ketika Ingin Mendoakan Keburukan
Penting untuk memahami bahwa mendoakan keburukan bagi orang yang zalim tidak selalu menyelesaikan masalah atau membawa kedamaian dalam hati seseorang. Justru, banyak tradisi spiritual mengajarkan bahwa memaafkan dan mendoakan orang zalim dengan kebaikan.
Doa yang baik tersebut memiliki maksud dan tujuan agar orang yang melakukan kesalahan sadar akan perbuatannya dan dapat membantu seseorang untuk membebaskan diri dari kebencian, dendam, dan beban emosional yang mungkin terjadi akibat perbuatan zalim tersebut.
Menggunakan pengalaman sulit (mendapatkan perlakuan zalim atau buruk) sebagai pelajaran untuk berkembang dan menjadi lebih bijaksana adalah prinsip yang sering kali dianjurkan oleh banyak ajaran agama dan filosofi kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara emosi pribadi yang mungkin muncul dan nilai-nilai moral dan kebajikan yang dipegang teguh pada kehidupan sehari-hari ketika ingin memperlakukan orang lain, baik secara lisan dan fisik dengan bijaksana.
Sebagai manusia, tentunya kita ingin mendapatkan perlakuan dari orang lain seperti yang kita inginkan. Hal yang sama juga diinginkan oleh orang lain tersebut pada diri mereka. Tidak ada manusia yang ingin mendapatkan perlakuan kurang baik dari manusia yang lain. Ketika kita mendapatkan perilaku kurang mengenakkan atau zalim dari orang lain maka kita bisa belajar dari hal tersebut.
Kita bisa belajar untuk tidak berperilaku zalim kepada orang lain dan juga agar membuat diri kita menjadi lebih kuat lagi secara fisik dan emosional. Mendoakan orang zalim keburukan tidak akan membuatnya menjadi semakin baik dan tidak akan pula menghilagkan beban psikologis yang kita derita.
Secara garis besar, dalam banyak tradisi keagamaan dan nilai-nilai kemanusiaan, mendoakan kebaikan bagi semua orang, termasuk orang yang melakukan kesalahan atau kezaliman, merupakan anjuran daripada memberikan doa buruk. Hal ini merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan perdamaian dalam diri sendiri, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan.