Fataya.co.id – Seringkali muncul pertanyaan seputar makanan yang telah dijilat oleh kucing dan apakah makanan tersebut dianggap najis. Menjawab pertanyaan ini, seorang penanya mencari klarifikasi melalui kolom bahtsul masail NU Online.
Dalam definisinya, penanya menjelaskan bahwa makanan yang dijilat oleh hewan tergantung pada jenis hewan tersebut. Jika hewan itu dianggap najis, maka sisa makanan yang dijilatnya juga dianggap najis, seperti halnya dengan anjing dan babi.
Namun, ketika hewan tersebut tidak dianggap najis, maka sisa makanan yang dijilatnya juga tidak dianggap najis, seperti kucing. Pernyataan ini didukung oleh sebuah riwayat yang bermula saat Abu Qatadah menuangkan air untuk wudhu dan seekor kucing datang untuk minum air tersebut.
Abu Qatadah menutup wadah air agar kucing tersebut bisa minum dengan nyaman. Saat istrinya, Kabsyah binti Ka’ab, melihat tindakan ini, Abu Qatadah menjelaskan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda bahwa kucing tidak najis.
Berdasarkan riwayat tersebut, Imam Nawawi juga memastikan bahwa makanan dan udara yang disediakan oleh hewan, selain anjing dan babi, dianggap suci.
Oleh karena itu, makanan yang sudah dijilat oleh kucing atau hewan lainnya, kecuali anjing dan babi, dianggap tidak najis. Artinya, memakan makanan yang telah dijilat kucing diperbolehkan, dan bahkan udara yang telah dijilat kucing dapat digunakan untuk berwudhu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makanan atau udara yang telah dijilat oleh hewan, selain anjing dan babi, dianggap suci dan tidak najis.
Oleh karena itu, tidak ada larangan untuk memakan makanan yang dijilat kucing dan bahkan dapat digunakan untuk berwudhu. Semoga penjelasan ini membantu menjawab pertanyaan yang sering muncul seputar sesuatu yang dijilat oleh hewan tersebut.
