Fataya.co.id- Harga uranium terus melonjak, mencapai titik tertinggi baru-baru ini dengan mencatat lebih dari USD86 per pon, menandai kenaikan hampir 80 persen sepanjang tahun 2023.
Pada 18 Desember 2023, harga uranium melonjak 4,92 persen, mendekati level tertinggi sebelum terjadinya bencana Fukushima pada November 2007.
Tingginya permintaan uranium dan risiko pasokan yang melemah telah mendorong langkah keras pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berencana melarang impor uranium dari Rusia.
Langkah ini menambah risiko kekurangan pasokan, terutama setelah penolakan sebagian impor Rusia oleh negara-negara Barat yang bergantung pada uranium sebagai sumber energi, menciptakan krisis kapasitas.
Sementara volatilitas harga bahan bakar fosil dan dorongan global untuk dekarbonisasi telah mendorong negara-negara untuk meningkatkan investasi pada pembangkit listrik baru, termasuk sumber daya uranium. China, sebagai salah satu contoh, telah berkomitmen untuk membangun 32 reaktor nuklir tambahan menjelang akhir dekade ini.
Uranium bukan hanya menjadi bahan bakar untuk reaktor nuklir komersial yang menghasilkan listrik, tetapi juga penting dalam produksi isotop untuk keperluan medis, industri, dan pertahanan di seluruh dunia.
Di tengah lonjakan harga dan peningkatan minat global pada energi nuklir, Indonesia juga merencanakan pengembangan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia menyatakan ambisi untuk mengembangkan PLTN dengan target komersialisasi pada tahun 2032.
Perkembangan ini menandai pergeseran signifikan dalam narasi energi global, dengan peningkatan minat pada sumber daya nuklir sebagai alternatif potensial dalam mencapai keberlanjutan energi di masa depan.
sumber @idx_channel