Apa itu Sanad Matan dan Rawi

Rahasia Terungkap! Sanad, Matan, dan Rawi dalam Islam yang Mengejutkan!

Diposting pada

Fataya.co.id – Apa itu Sanad Matan dan Rawi, Segala puji hanya milik Allahu Rabbi. Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur.

Nikmat iman, nikmat islam, sampai nikmat sehat wal afiat sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang insyaallah diberkahi Allah SWT.

Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi akhirul jaman, seorang Nabi yang lahirnya saja membuat goncang alam semesta, membuat heboh para malaikat Allah SWT, yang kalau bukan karenanya tidak akan Allah ciptakan alam semesta ini.

Sanad, Matan dan Rawi

Table of Contents

Apa itu Sanad Matan Rawi

Dalam pembahasan ilmu hadist, sering kali kita mendengar Sanad, Matan dan Rawi. Tetapi apakah kalian mengetahui apa Sanad, Matan dan Rawi tersebut? dan seperti apa contohnya? mari kita bahas bersama-sama.

A. Hadist

Pertama tama kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan Hadist itu sendiri.

Hadist adalah ucapan, tindakan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari sahabat-sahabatnya dan dituliskan dalam kitab-kitab hadist.

Hadist merupakan sumber kedua setelah Alquran dalam agama Islam yang menjadi rujukan umat Islam dalam menentukan ajaran-ajaran agama dan tata cara ibadah.

Terdapat dua jenis hadist, yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad. Hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak sahabat secara bersamaan, sehingga tidak mungkin terjadi kekeliruan dalam penyampaiannya. Sementara itu, hadist ahad adalah hadist yang hanya diriwayatkan oleh satu atau beberapa sahabat saja.

Hadist juga terdiri atas berbagai macam klasifikasi, di antaranya hadist sahih, hadist hasan, dan hadist dhaif. Hadist sahih adalah hadist yang memenuhi syarat-syarat kebenaran, yaitu tidak bertentangan dengan Alquran, tidak bertentangan dengan hadist lain, dan diriwayatkan oleh perawi-perawi yang terpercaya.

Hadist hasan adalah hadist yang tidak sekuat hadist sahih, tetapi masih memenuhi syarat-syarat kebenaran. Sementara itu, hadist dhaif adalah hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat kebenaran.

Hadist sangat penting dalam agama Islam karena memberikan penjelasan lebih rinci tentang ajaran-ajaran Alquran, serta menjadi sumber hukum dalam agama Islam.

Oleh karena itu, para ulama hadist sangat dihargai dalam masyarakat Muslim, karena mereka merupakan orang-orang yang memahami dan mampu mengajarkan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW dengan benar.

B. Sanad

Sanad adalah rantai periwayatan suatu hadist yang menunjukkan jalur penyampaian hadist tersebut dari perawi pertama sampai ke perawi terakhir. Sanad merupakan salah satu syarat penting dalam ilmu hadist, karena sanad berguna untuk mengetahui kebenaran dan keaslian suatu hadist.

Sanad terdiri atas nama-nama perawi yang terlibat dalam periwayatan hadist tersebut, mulai dari perawi pertama (rawi pertama) sampai dengan perawi terakhir (rawi terakhir).

Setiap perawi dalam sanad harus memenuhi syarat-syarat kepercayaan, yaitu harus merupakan seorang Muslim yang tidak terlibat dalam kemungkaran, terpercaya dalam menyampaikan hadist, dan memahami ilmu hadist.

Sanad juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu hadist. Hadist yang diriwayatkan oleh banyak perawi dan memiliki sanad yang panjang dan kuat biasanya dianggap lebih sahih dibandingkan hadist yang hanya diriwayatkan oleh sedikit perawi dan memiliki sanad yang pendek dan lemah.

Oleh karena itu, para ulama hadist sangat memperhatikan sanad dalam menilai kebenaran suatu hadist, karena sanad merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan tingkat kekuatan suatu hadist.

Contoh Sanad

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْهُ فَإِنَّ الحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ

Abdullah bin Yusuf telah menceritakan hadits kepadaku (imam Bukhari), ia berkata : Malik bin Anas mengabarkan padaku (Abdullah bin Yusuf), dari Ibnu Syihab, dari Salim bin Abdullah, dari bapaknya, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati seorang lelaki dari anshar yang sedang memberikan nasehat pada saudaranya tentang rasa mali

Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tinggalkanlah dia karena sesungguhnya rasa malu merupakan bagian dari iman.”(HR. Bukhari)

BACA JUGA :   Friendster Comeback: Panduan Praktis Daftar Akun Baru & Sign In!

Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abdullah bin Yusuf, Malik bin Anas, Ibnu Syihab, Salim bin Abdullah, dan bapaknya Salim (Abdullah bin Umar).

Artinya Abdullah bin Umar mendapatkan hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada anaknya yakni Salim bin Abdullah lalu kepada Ibnu Syihab lalu kepada Malik bin Anas lalu kepada Abdullah bin Yusuf lalu kepada penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.

C. Matan

Matan adalah isi atau teks dari suatu hadist yang menyampaikan ajaran atau pesan dari Nabi Muhammad SAW. Matan merupakan bagian penting dari suatu hadist, karena matan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.

Matan hadist dapat berupa ucapan, tindakan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat-sahabatnya. Matan hadist dapat berisi ajaran agama, tata cara ibadah, akhlak yang baik, atau pesan-pesan lain yang bermanfaat bagi umat Islam.

Matan hadist sangat penting dalam agama Islam, karena matan hadist merupakan sumber pengetahuan dan pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, para ulama hadist sangat memperhatikan matan dalam menilai kebenaran suatu hadist, karena matan merupakan bagian yang paling utama dari suatu hadist.

Contoh Matan

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ المُسْنَدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو رَوْحٍ الحَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Musnadi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Rauh Al Harami bin Umarah berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Waqid bin Muhammad berkata; aku mendengar bapakku menceritakan dari Ibnu Umar.

bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah”
(HR. Bukhari)

C. Rawi

Rawi adalah seseorang yang menyampaikan suatu hadist dari sahabat Nabi Muhammad SAW kepada generasi setelahnya. Rawi merupakan salah satu syarat penting dalam ilmu hadist, karena rawi merupakan sumber utama hadist yang diriwayatkan.

Rawi terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu rawi pertama, rawi kedua, dan seterusnya. Rawi pertama adalah seseorang yang langsung menyaksikan atau mendengar hadist tersebut dari Nabi Muhammad SAW atau sahabat Nabi Muhammad SAW.

Rawi kedua adalah seseorang yang menyampaikan hadist tersebut dari rawi pertama, dan seterusnya.

Setiap rawi harus memenuhi syarat-syarat kepercayaan, yaitu harus merupakan seorang Muslim yang tidak terlibat dalam kemungkaran, terpercaya dalam menyampaikan hadist, dan memahami ilmu hadist.

Selain itu, setiap rawi juga harus memiliki kemampuan mengingat dan menyampaikan hadist dengan benar, serta tidak boleh merubah atau menambah isi dari hadist tersebut.

Oleh karena itu, para ulama hadist sangat memperhatikan rawi dalam menilai kebenaran suatu hadist, karena rawi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan tingkat kekuatan suatu hadist.

Contoh Rawi

riwayat hadits dari beberapa tingkatan :

  • Periwayat hadits dari tingkatan sahabat : Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin Malik dll.
  • Periwayat hadits dari tingkatan tabiin : Umayyah bin Abdullah bin Khalid, Sa’id bin Al-Musayyab, dll.
  • Periwayat hadits dari tingkatan mudawwin : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam An-Nasa’iy, Imam Ahmad, dll

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *