Fataya.co.id – Krisis di Yaman semakin meruncing setelah Amerika dan Inggris melancarkan serangan agresi bersama terhadap beberapa sasaran Houthi di Yaman.
Serangan ini merupakan tanggapan terhadap sabotase dan pembajakan kapal maritim Internasional oleh Houthi sebagai protes terhadap serangan Israel di Gaza.
Houthi, tak tinggal diam, memberikan balasan dengan menenggelamkan kapal pertama beserta penumpangnya menggunakan rudal balistik.
Juru Bicara Houthi, Abdussalam Jahaf, mengonfirmasi peristiwa tersebut, sementara AS membantah laporan mengenai serangan balik Houthi terhadap jet tempur F-22 Raptor Angkatan Udara AS.
Mohammed Al Bukhaiti, pejabat Houthi, mengatakan dunia menyaksikan “perang unik” antara pihak yang mendukung genosida dan yang menentangnya.
Rusia juga menyuarakan kekhawatiran di Dewan Keamanan PBB, menyebut penggunaan kekuatan di Yaman sebagai pelanggaran terhadap PBB.
Serangan ini berdampak pada Laut Merah yang menyumbang 15% jalur pelayaran internasional.
Konsekuensinya, perjalanan antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez memakan waktu lebih lama, mencapai hingga 20 hari.
Krisis ini menciptakan tekanan serius pada jalur logistik global dan mengguncang stabilitas di wilayah tersebut.
Sumber: @ctd.insider