contoh tembang kinanthi buatan sendiri

7 Contoh Tembang Dhandhanggula : Kekayaan Budaya Jawa yang Tak Lekang Waktu!

Diposting pada

Contoh Tembang Dhandhanggula – yang berakar kuat dalam budaya Jawa, merepresentasikan keanggunan dan kedalaman sastra tradisional Nusantara. Melalui alunan ritmis dan syair yang mendalam, Dhandhanggula bukan sekadar ekspresi artistik, melainkan juga cermin dari perasaan, pemikiran, dan pandangan hidup masyarakat Jawa terdahulu.

Tembang ini, dengan kekhasannya, membawa pendengarnya ke dalam sebuah perjalanan spiritual dan emosional, menjelajahi kekayaan budaya, filosofi, dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa selama berabad-abad. Sebagai salah satu mahakarya sastra Jawa, Tembang Dhandhanggula tetap lestari dan relevan, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, serta menjadi saksi bisu pertemuan antara tradisi dan modernitas.

Table of Contents

Pengertian Tembang Dhandhanggula

Tembang Dhandhanggula adalah salah satu jenis puisi lama atau tembang dalam kesusastraan Jawa. Tembang ini memiliki karakteristik khusus dalam hal struktur, rima, dan makna. Secara tradisional, Dhandhanggula sering tersampaikan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan di tanah Jawa sebagai media penyampai pesan, doa, atau refleksi spiritual.

Ciri-ciri Tembang Dhandhanggula

  • Terdiri dari empat baris dalam setiap baitnya.
  • Setiap baris biasanya memiliki 8-12 suku kata.
  • Menggunakan bahasa Jawa Krama yang halus dan sopan.
  • Rima yang dihasilkan biasanya mengikuti pola a-b-a-b.
  • Laras atau melodi yang digunakan biasanya pelog atau slendro.

Watak Tembang Dhandanggula

Watak atau karakteristik dari Tembang Dhandhanggula adalah penyampaiannya yang halus dan mendalam, mencerminkan kearifan lokal dan filosofi Jawa. Tembang ini tidak hanya mengekspresikan emosi dan perasaan, tetapi juga memuat pesan moral, ajaran, dan nasihat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wataknya mencerminkan kedamaian, ketenangan, dan kebijaksanaan.

Peraturan Tembang Dhandhanggula

  1. Harus mematuhi struktur bait yang terdiri dari empat baris.
  2. Setiap baris harus mematuhi jumlah suku kata yang ditentukan.
  3. Menggunakan pola rima a-b-a-b dalam setiap baitnya.
  4. Menggunakan bahasa yang halus, sopan, dan sesuai dengan kaidah bahasa Jawa.
  5. Tembang harus disusun dengan perasaan tulus dan mendalam, agar dapat menjangkau hati pendengarnya.

Makna Tembang Dhandhanggula

Dhandhanggula lebih dari sekedar kata-kata yang disusun indah. Di balik syairnya, tembang ini menyimpan makna filosofis tentang kehidupan, hubungan manusia dengan alam semesta, serta relasi antara manusia dengan Tuhan. Tembang ini sering mengajak pendengarnya untuk merenung, memahami kehidupan dengan lebih mendalam, serta mengingatkan tentang pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Dhandhanggula adalah cermin dari jiwa masyarakat Jawa, yang penuh dengan kearifan dan introspeksi.

Tembang Dhandhanggula adalah salah satu jenis tembang dalam sastra Jawa yang memiliki ciri khas dan makna filosofis. Berikut adalah beberapa contoh Tembang Dhandhanggula beserta artinya:

  1. Tembang Dhandhanggula karya R. Ng. Ranggawarsita:

    Yen tinimbang tansah eling lan waspada
    Kaliren ing pangucapira
    Sanadyan ana ingkang nyata rasa wani
    Aja kaya luwih menenga

    Arti: Jika menimbang, selalu ingat dan waspada Tentang segala ucapannya Meskipun ada yang benar-benar berani Jangan merasa paling hebat

    Pencipta: R. Ng. Ranggawarsita

  2. Tembang Dhandhanggula karya R. T. G. Mangkunegara IV:

    Dhuh anggone sing tumindak bener
    Ora kena nganggo pamikir
    Anggone mlebu kebak klenik
    Salah wasi salah pengerteni

    Arti: Bagi yang bertindak benar Tidak perlu menggunakan pikiran licik Bagi yang terjerumus dalam kemusyrikan Salah dalam harapan dan pemahamannya

    Pencipta: R. T. G. Mangkunegara IV

Berikut contoh tembang Dhandhanggula

Tema Pendidikan:

Sekolah lan ngaji kang dudu mung fisik
Tapi rohaniah lan akhlaq kang luhur
Pendidikan ora mung ilmu kitabik
Tapi watak lan budi pekerti murni
Artinya : Tembang tersebut menyampaikan pesan tentang pentingnya pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek fisik atau pengetahuan yang terbatas pada buku-buku saja. Pesan utamanya adalah bahwa pendidikan seharusnya juga membentuk sifat dan moral yang baik. Meskipun ilmu pengetahuan sangat penting, tetapi pendidikan sejati juga harus mencakup pengembangan karakter dan etika yang luhur. Dengan kata lain, pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek akademik atau fisik, tetapi juga harus mendorong perkembangan batin dan akhlak yang bersih.

Tema Sekolah:

Di desa ing sanggar kang cilik kasebut
Aku kenal dunia aksara Jawa
Guru sabar menerangake suluk
Ajar budi, ilmu, lan ajar krama
Artinya :Pesan yang ada pada tembang ini adalah bahwa pendidikan yang benar tidak hanya mencakup aspek akademik atau pengetahuan, tetapi juga mencakup pembentukan karakter, etika, dan perilaku yang baik. Guru yang sabar memainkan peran penting dalam mengarahkan individu tersebut untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.

Tema Keluarga:

Ing griya keluarga sumerang kasih
Rukun lan guyub tan kena beda
Bapa ibu wektu nindak sabar
Putra putri patut hormat lan jujur
Artinya:Pesan yang ada pada tembang ini adalah bahwa keluarga adalah tempat yang penuh cinta, keharmonisan, dan persatuan, di mana orang tua adalah contoh dalam kesabaran, dan anak-anak menghormatinya serta selalu mengingatkan untuk selalu berperilaku jujur.

Tema Gotong Royong:

Gotong royong budaya kang dudu anyar
Rame-rame padha kerjo ora beda
Tangan mring atas bantuan tulus
Dermaga wong Jawa toto tentrem sar
Artinya : Pesan dalam tembang ini adalah bahwa gotong royong adalah budaya yang tak pernah berubah, di mana orang-orang bekerja bersama-sama dengan tulus untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat Jawa. Gotong royong adalah sebuah prinsip yang mengikat dan menguatkan hubungan sosial dalam masyarakat Jawa.

Tema Kesehatan:

Kesehatan harta kang ora ternilai
Ati tentrem raga sehat tanpa lara
Olaha raga mangan kang sehat
Hidup sehat awit saka jiwa raga
Artinya : Tembang ini mengajarkan bahwa dengan merawat kesehatan tubuh, seperti dengan berolahraga dan makan makanan sehat, kita dapat mencapai kehidupan yang sehat dan bugar. Hidup sehat bukan hanya tentang menjaga tubuh fisik, tetapi juga tentang keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Kesehatan adalah aset terbesar yang ada pada manusia, karena dari kesehatan inilah kebahagiaan dan kualitas hidup bermula.

Tema Lingkungan:

Bumi ibu kita kang urip urup
Nora kena rusak lan duka lara
Peduli lingkungan jaga kelestari
Wong Jawa toto cinta bumi pertiwi
Artinya: Tembang ini menekankan nilai peduli terhadap lingkungan dan menjaga bumi agar tetap lestari. Hal ini adalah cerminan dari cinta dan tanggung jawab warga Jawa terhadap bumi pertiwi. Melalui perbuatan yang baik dan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, kita dapat menjaga keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

Tema Tata Krama:

Tata krama tanda budi kang luhur
Sopan santun hormat maring sesama
Dudu mung ucapan, nanging tindakan
Krama Inggil tanda wong Jawa edan
Artinya Tembang ini menggambarkan pentingnya tata krama dan budi pekerti yang luhur dalam budaya Jawa. Tata krama melibatkan sopan santun, saling menghormati sesama, dan bukan hanya sebatas ucapan, melainkan lebih pada tindakan nyata. Menunjukkan budi yang baik dan perilaku yang pantas adalah tanda keadilan dan kebijaksanaan orang Jawa yang bijak. Jadi, tembang ini mencerminkan bahwa krama inggil, atau orang yang memiliki tata krama dan budi pekerti yang baik, adalah ciri khas orang Jawa yang bijaksana.

Kesimpulan/Penutup

Tembang Dhandhanggula, yang merupakan salah satu permata sastra Jawa, mengajarkan kita tentang kekayaan budaya, filosofi, dan estetika masyarakat Jawa dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai. Sebagai sarana ekspresi yang menggabungkan keindahan bahasa dan irama, Dhandhanggula menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, kearifan, dan peradaban masyarakat Jawa.

Tembang ini tidak hanya menjadi warisan yang harus kita jaga, tetapi juga sebagai medium pembelajaran untuk memahami dan menghargai kekayaan intelektual dan kultural leluhur kita.

Dalam konteks modern, memahami dan melestarikan Tembang Dhandhanggula adalah bentuk penghargaan kita terhadap warisan budaya, sekaligus upaya dalam mempertahankan identitas budaya di tengah arus globalisasi yang kian deras. Sebagai generasi penerus, mari kita jaga dan terus lestarikan tembang ini agar tetap abadi dan relevan bagi generasi-generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *