Contoh Tembang Dhandhanggula – yang berakar kuat dalam budaya Jawa, merepresentasikan keanggunan dan kedalaman sastra tradisional Nusantara. Melalui alunan ritmis dan syair yang mendalam, Dhandhanggula bukan sekadar ekspresi artistik, melainkan juga cermin dari perasaan, pemikiran, dan pandangan hidup masyarakat Jawa terdahulu.
Tembang ini, dengan kekhasannya, membawa pendengarnya ke dalam sebuah perjalanan spiritual dan emosional, menjelajahi kekayaan budaya, filosofi, dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa selama berabad-abad. Sebagai salah satu mahakarya sastra Jawa, Tembang Dhandhanggula tetap lestari dan relevan, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, serta menjadi saksi bisu pertemuan antara tradisi dan modernitas.
Table of Contents
Pengertian Tembang Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula adalah salah satu jenis puisi lama atau tembang dalam kesusastraan Jawa. Tembang ini memiliki karakteristik khusus dalam hal struktur, rima, dan makna. Secara tradisional, Dhandhanggula sering tersampaikan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan di tanah Jawa sebagai media penyampai pesan, doa, atau refleksi spiritual.
Ciri-ciri Tembang Dhandhanggula
- Terdiri dari empat baris dalam setiap baitnya.
- Setiap baris biasanya memiliki 8-12 suku kata.
- Menggunakan bahasa Jawa Krama yang halus dan sopan.
- Rima yang dihasilkan biasanya mengikuti pola a-b-a-b.
- Laras atau melodi yang digunakan biasanya pelog atau slendro.
Watak Tembang Dhandanggula
Watak atau karakteristik dari Tembang Dhandhanggula adalah penyampaiannya yang halus dan mendalam, mencerminkan kearifan lokal dan filosofi Jawa. Tembang ini tidak hanya mengekspresikan emosi dan perasaan, tetapi juga memuat pesan moral, ajaran, dan nasihat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wataknya mencerminkan kedamaian, ketenangan, dan kebijaksanaan.
Peraturan Tembang Dhandhanggula
- Harus mematuhi struktur bait yang terdiri dari empat baris.
- Setiap baris harus mematuhi jumlah suku kata yang ditentukan.
- Menggunakan pola rima a-b-a-b dalam setiap baitnya.
- Menggunakan bahasa yang halus, sopan, dan sesuai dengan kaidah bahasa Jawa.
- Tembang harus disusun dengan perasaan tulus dan mendalam, agar dapat menjangkau hati pendengarnya.
Makna Tembang Dhandhanggula
Dhandhanggula lebih dari sekedar kata-kata yang disusun indah. Di balik syairnya, tembang ini menyimpan makna filosofis tentang kehidupan, hubungan manusia dengan alam semesta, serta relasi antara manusia dengan Tuhan. Tembang ini sering mengajak pendengarnya untuk merenung, memahami kehidupan dengan lebih mendalam, serta mengingatkan tentang pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Dhandhanggula adalah cermin dari jiwa masyarakat Jawa, yang penuh dengan kearifan dan introspeksi.
Tembang Dhandhanggula adalah salah satu jenis tembang dalam sastra Jawa yang memiliki ciri khas dan makna filosofis. Berikut adalah beberapa contoh Tembang Dhandhanggula beserta artinya:
-
Tembang Dhandhanggula karya R. Ng. Ranggawarsita:
Yen tinimbang tansah eling lan waspada
Kaliren ing pangucapira
Sanadyan ana ingkang nyata rasa wani
Aja kaya luwih menenga
Arti: Jika menimbang, selalu ingat dan waspada Tentang segala ucapannya Meskipun ada yang benar-benar berani Jangan merasa paling hebat
Pencipta: R. Ng. Ranggawarsita
-
Tembang Dhandhanggula karya R. T. G. Mangkunegara IV:
Dhuh anggone sing tumindak bener
Ora kena nganggo pamikir
Anggone mlebu kebak klenik
Salah wasi salah pengerteni
Arti: Bagi yang bertindak benar Tidak perlu menggunakan pikiran licik Bagi yang terjerumus dalam kemusyrikan Salah dalam harapan dan pemahamannya
Pencipta: R. T. G. Mangkunegara IV
Berikut contoh tembang Dhandhanggula
Tema Pendidikan:
Sekolah lan ngaji kang dudu mung fisik
Tapi rohaniah lan akhlaq kang luhur
Pendidikan ora mung ilmu kitabik
Tapi watak lan budi pekerti murni
Tema Sekolah:
Di desa ing sanggar kang cilik kasebut
Aku kenal dunia aksara Jawa
Guru sabar menerangake suluk
Ajar budi, ilmu, lan ajar krama
Tema Keluarga:
Ing griya keluarga sumerang kasih
Rukun lan guyub tan kena beda
Bapa ibu wektu nindak sabar
Putra putri patut hormat lan jujur
Tema Gotong Royong:
Gotong royong budaya kang dudu anyar
Rame-rame padha kerjo ora beda
Tangan mring atas bantuan tulus
Dermaga wong Jawa toto tentrem sar
Tema Kesehatan:
Kesehatan harta kang ora ternilai
Ati tentrem raga sehat tanpa lara
Olaha raga mangan kang sehat
Hidup sehat awit saka jiwa raga
Tema Lingkungan:
Bumi ibu kita kang urip urup
Nora kena rusak lan duka lara
Peduli lingkungan jaga kelestari
Wong Jawa toto cinta bumi pertiwi
Tema Tata Krama:
Tata krama tanda budi kang luhur
Sopan santun hormat maring sesama
Dudu mung ucapan, nanging tindakan
Krama Inggil tanda wong Jawa edan
Kesimpulan/Penutup
Tembang Dhandhanggula, yang merupakan salah satu permata sastra Jawa, mengajarkan kita tentang kekayaan budaya, filosofi, dan estetika masyarakat Jawa dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai. Sebagai sarana ekspresi yang menggabungkan keindahan bahasa dan irama, Dhandhanggula menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, kearifan, dan peradaban masyarakat Jawa.
Tembang ini tidak hanya menjadi warisan yang harus kita jaga, tetapi juga sebagai medium pembelajaran untuk memahami dan menghargai kekayaan intelektual dan kultural leluhur kita.
Dalam konteks modern, memahami dan melestarikan Tembang Dhandhanggula adalah bentuk penghargaan kita terhadap warisan budaya, sekaligus upaya dalam mempertahankan identitas budaya di tengah arus globalisasi yang kian deras. Sebagai generasi penerus, mari kita jaga dan terus lestarikan tembang ini agar tetap abadi dan relevan bagi generasi-generasi mendatang.