Fataya.co.id – Sebuah insiden dramatis terjadi di perlintasan kereta api Cibatu, Garut, ketika seorang anak berusia sekitar 4 tahun terlihat bermain di sekitar rel, sedangkan Kereta Api Sedayu sedang hendak melintas menuju stasiun.
Kegiatan berbahaya tersebut langsung menarik perhatian beberapa calon penumpang yang bersorak keras melihat si anak berada dalam jarak yang sangat dekat dengan rel kereta.
Seorang security yang berada di lokasi, yang diketahui bernama Fahmi, segera merespons dengan sigap.
Melihat bahaya yang mengintai, Fahmi dengan cepat berlari ke arah anak tersebut, berusaha keras untuk menyelamatkannya dari potensi kecelakaan yang mengerikan.
Namun, dalam upaya untuk menjangkau anak yang semakin mendekati rel, security Fahmi menghadapi kesulitan.
Jarak antara si anak dan Kereta Api Sedayu hanya sekitar 200 meteran, membuat situasinya semakin mendebarkan.
Meski berusaha keras, Fahmi tampak kesulitan untuk meraih anak tersebut, yang justru semakin berlari mendekati rel yang berbahaya.
Tak ingin menyerah, dengan keberanian dan ketangguhannya, akhirnya Fahmi berhasil menyelamatkan si anak dari ancaman bahaya yang nyata.
Anak yang diduga lepas pengawasan dari orang tua tersebut berhasil diselamatkan oleh tindakan cepat dan berani dari security yang bertugas.
Setelah kejadian tersebut, petugas stasiun turut memberikan peringatan kepada orang tua sang anak.
Mereka menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap anak-anak, terutama di sekitar perlintasan kereta api.
Orang tua anak yang berhasil diselamatkan juga menginformasikan bahwa sang anak sangat menyukai kereta api, mungkin menjadi penyebab ketidakhati-hatian yang terjadi.
Insiden ini kembali mengingatkan kita semua tentang pentingnya keselamatan dan kewaspadaan, terutama di sekitar area berbahaya seperti perlintasan kereta api.
Tindakan heroik dari security Fahmi juga patut diapresiasi sebagai contoh keberanian dalam menjaga keselamatan masyarakat.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua orang tua untuk lebih memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di lingkungan yang berisiko.
Sumber: @indo_psikologi
