Rahasia Spiritual: Tawasul sebagai Kunci Keampuhan Doa! Pelajari Caranya Disini!

Tawasul dalam Thariqah Naqshbandiyya adalah salah satu praktik penting dalam tarekat sufi ini yang telah memberikan panduan spiritual bagi banyak umat Islam di seluruh dunia. Thariqah Naqshbandiyya adalah salah satu tarekat Sufi yang paling terkenal dalam Islam, dan praktik tawasul adalah salah satu aspek kunci dari perjalanan rohani para pengikutnya.

Tawasul Thariqah Qadiriyyah adalah salah satu aspek penting dalam ajaran Islam yang menggabungkan elemen-elemen spiritual dan tata cara ibadah. Metode ini merupakan bagian dari Thariqah Qadiriyyah, salah satu dari berbagai tarekat (sufisme) yang ada dalam Islam. Tawasul Thariqah Qadiriyyah dikenal sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui guru spiritual atau wali Allah yang merupakan penjaga tarekat ini.

Thariqah Qadiriyyah adalah salah satu tarekat Sufi yang paling terkenal di dunia Islam. Tarekat ini dinamai dari pendirinya, Abdul Qadir al-Jilani, seorang sufi terkemuka dari abad ke-12. Thariqah Qadiriyyah dikenal dengan pendekatan yang praktis dan inklusif terhadap tasawuf, yang membuatnya populer di kalangan umat Islam.

Tawasul Thariqah Naqshbandiyya Tawasul Thariqah Qadiriyyah Tarekat Sufi Kedekatan dengan Allah Praktik Tawasul Kontroversi Tawasul Spiritualitas Islam
sumber dari instagram pribadi abah aos

Table of Contents

Pengertian Tawasul

Tawasul dalam bahasa Arab bermakna “menggunakan sesuatu sebagai perantara atau jalan untuk mencapai tujuan.” Dalam konteks agama Islam, tawasul adalah tindakan meminta pertolongan atau mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui sesuatu atau seseorang yang dianggap lebih dekat dengan-Nya. Tawasul bisa berupa doa, amal ibadah, atau perantara seperti para wali Allah atau nabi.

Thariqah Naqshbandiyya: Sebuah Pengantar

Thariqah Naqshbandiyya adalah salah satu tarekat Sufi yang paling tua dan terkemuka dalam Islam. Tarekat ini dinamai dari nama pendirinya, Sheikh Baha-ud-Din Naqshband Bukhari, yang hidup pada abad ke-14. Tarekat Naqshbandiyya dikenal dengan pendekatan yang praktis terhadap tasawuf dan penekanannya pada pengendalian diri, ketakwaan, dan tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa).

Tawasul dalam Thariqah Naqshbandiyya

Dalam Thariqah Naqshbandiyya, tawasul adalah salah satu langkah penting dalam perjalanan rohani para pengikutnya. Berikut adalah beberapa poin penting tentang praktik tawasul dalam tarekat ini:

  1. Perantara Utama: Para pengikut Thariqah Naqshbandiyya meyakini bahwa perantara utama untuk mencapai kedekatan dengan Allah adalah guru spiritual mereka, yang juga dikenal sebagai murshid atau sheikh. Guru spiritual ini dianggap memiliki pemahaman dan kedekatan khusus dengan Allah, dan mereka berfungsi sebagai penuntun dalam perjalanan rohani para muridnya.
  2. Menggunakan Doa dan Zikir: Tawasul dalam tarekat ini sering melibatkan penggunaan doa-doa khusus dan zikir (pengingatan Allah) yang diajarkan oleh guru spiritual. Para murid menggunakan doa dan zikir ini sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan jiwa mereka dari dosa dan gangguan spiritual.
  3. Mengikuti Ajaran Guru Spiritual: Selain berdoa dan berzikir, para pengikut Thariqah Naqshbandiyya diharapkan untuk mengikuti ajaran dan nasihat spiritual yang diberikan oleh guru spiritual mereka. Ini termasuk mengembangkan sifat-sifat yang baik, meningkatkan ketakwaan, dan menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  4. Mencapai Maqam (Tingkat) Spiritual: Tujuan akhir dari tawasul dalam Thariqah Naqshbandiyya adalah untuk mencapai maqam spiritual tertentu, yaitu tingkat kedekatan dengan Allah dan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas rohani. Para pengikut berharap untuk mencapai maqam yang lebih tinggi melalui upaya spiritual dan bimbingan guru mereka.

Tawasul Thariqah Qadiriyyah

Tawasul dalam Thariqah Qadiriyyah adalah sebuah praktik spiritual yang melibatkan penggunaan wali Allah atau guru spiritual sebagai perantara untuk mencapai kehadiran Allah. Para pengikut Thariqah Qadiriyyah percaya bahwa wali Allah atau guru spiritual mereka memiliki kedekatan khusus dengan Tuhan dan dapat membantu mereka dalam perjalanan rohani mereka.

Proses tawasul dalam Thariqah Qadiriyyah umumnya melibatkan langkah-langkah berikut:

Pemahaman tentang Wali Allah: Para pengikut tarekat ini meyakini bahwa wali Allah adalah individu yang telah mencapai tingkat spiritual tertentu dan memiliki kedekatan khusus dengan Allah. Mereka dianggap sebagai teladan spiritual dan penuntun dalam perjalanan menuju Allah.

Doa kepada Wali Allah: Pengikut Thariqah Qadiriyyah melakukan doa kepada wali Allah atau guru spiritual mereka. Mereka meminta pertolongan, petunjuk, dan keberkahan dalam perjalanan rohani mereka.

Mengikuti Ajaran Wali Allah: Selain berdoa kepada wali Allah, para pengikut juga diharapkan untuk mengikuti ajaran dan nasihat spiritual yang diberikan oleh mereka. Hal ini termasuk praktik-praktik ibadah, zikir, dan amal saleh.

Mengembangkan Kedekatan dengan Allah: Tujuan akhir dari tawasul Thariqah Qadiriyyah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Para pengikut berusaha untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan mereka.

Kontroversi seputar Tawasul

Penggunaan tawasul, terutama melalui wali Allah atau individu tertentu, adalah topik yang kontroversial dalam Islam. Beberapa kelompok menganggapnya sebagai praktik bid’ah (innovasi dalam agama) karena tidak ada bukti langsung dalam Al-Quran atau hadis yang mengizinkan penggunaan perantara dalam ibadah.

Namun, pengikut Thariqah Qadiriyyah dan tarekat Sufi lainnya meyakini bahwa tawasul adalah cara yang sah untuk mendekatkan diri kepada Allah asalkan dilakukan dengan niat tulus dan keyakinan yang kuat pada Allah SWT.

Berikut bacaan tawasul :

اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحٰبِهٖ وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيَتِهٖ وَأَهْلِ بَيْتِهٖ وَلِمَنْ دَخَلَ فِي بَيْتِهٖ أَجْمَعِيْنَ كُلُّ شَيْءٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Ilaa hadrotin nabiyyil musthofaa Muhammadin Shollalloohu ‘Alaihi Wa sallam wa ‘alaa Aalihii wa Ashhabihii wa Azwaajihii wa Dzurriyyaatihii wa Ahli Baitihii wa Liman dakhola fii Baitihii ajma ‘iin, kullu syai’in lillahi lahum, Al-Faatihah.
“Yaa Alloh semoga disampaikan pahala bacaan Faatihah ini kehadapan Nabi Besar Muhammad Saw dan kepada keluarga, sahabat, istri, anak cucu dan Ahli Baitnya dan bagi siapa saja yang masuk di dalam rumahnya. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan Al-Faatihah”
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ اٰبَائِهٖ وَاِخْوَانِهٖ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَ اِلٰى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَالْكَرُوْبِيِّيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَاٰلِ كُلٍّ وَأَصْحَابِ كُلٍّ وَاِلٰى رُوْحِ أَبِيْنَا اٰدَمَ وَأُمِّنَا حَوَاءَ وَمَا تَنَاسَلَ بَيْنَهُمَا اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ كُلُّ شَيْءٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa arwaahi Aabaaihii wa Ummahaatihi wa Ikhwaanihii Minal anbiyyaa’i wal Mursaliin wa ilal Malaaikatil Muqorrobiin wal Karuubiyyiina wasy Syuhadaai wash Shoolihiin. Wa aali kullin wa Ashhaabi kullin, wa ilaa ruuhi Abiinaa Adam wa Umminaa Hawaa, wamaa tanaasala bainahumaa ilaa yaumid diin. Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah.
“Semoga disampaikan kepada ruh dari ayah-ayahnya, saudara-saudaranya dari para Nabi, Para Rasul dan Malaikat Muqorrobin dan mereka yang mati syahid dan kepada para solihin dan keluarganya dan para sahabatnya dan kepada ruhnya bapak sekalian yakni nabi Adam dan ibu kita sekalian yakni Siti Hawa dan keturunan dari keduanya hingga hari kiamat. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,”Al-Faatihah

Doa Lain

Berikut ini adalah bacan doa yang lainnya
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ سَادَاتِنَا وَمَوَالِيْنَا وَاَئِمَّتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَاِلٰى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالْقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَتَابِعِهِمْ بِإِحْسَانٍ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa arwaahi Saadaatinaa wa mawaaliinaa, wa a’immatinaa Abii Bakrin wa ‘Umar wa ‘Utsmaan wa ‘Aliyy, wa ilaa baqiyyatish shohaabati wal qoroobati wat taabi’iin wataabi’it taabi’iin wata’bi’ ‘ihim bi ihsaanin ilaa yaumid diin. Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah.
“Semoga disampaikan kepada ruh-ruh para pembesar kita dan kepada yang mengurus kita dan kepada para imam kita sekalian yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan kepada semua sahabat dan kerabat, kepada taabi’iin dan yang mengikuti taabi’iin yang berbuat kebajikan hingga hari kiamat. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,” Al-Faatihah
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ اَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْنَ فِي الدِّيْنِ وَالْعُلَمَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَالْقُرَّآءِ الْـمُخْلِصِيْنَ وَاَهْلِ التَّفْسِيْرِ وَالْـمُحَدِّثِيْنَ وَسَائِرِ السَّادَاتِ الصُّوفِيَّةِ الْـمُحَقِّقِيْنَ وَاِلٰى أَرْوَاحِ كُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا وَمِنْ يَمِيْنِهَا اِلٰى شِمَالِهَا كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa arwaahi a’immatil Mujtahidiin wa muqollidiihim fiddiin Wal ‘Ulamaa’ir Roosyidiin wal Qurroo’il mukhlishiin wa ahlit tafsiir Wal muhadditsiin wasaa’iris saadaa tist shuufiyyatil muhaqqiqiin wa Ilaa arwaahi kulli waliyyin wa waliyyatin min masyaariqil ardhi ilaa maghooribihaa wamiy yamiinihaa ilaa syimaalihaa. Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah
“Semoga disampaikan kepada ruh-ruh para imam mujtahid dan kepada mereka yang mengikutinya dalam hal agama dan kepada para ulama yang mendapat petunjuk dan kepada ahli Qur’an yang disertai ikhlas dan kepada para imam ahli hadits dan ahli tafsir, kepada seluruh ahli tasawwuf yang nyata dan kepada ruh wali-wali Alloh baik laki-laki maupun wanita, mulai dari timur hingga barat dunia, dari selatan hingga utara dunia. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,” Al-Faatihah

Doa

ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَهْلِ السِّلْسِلَةِ الْقَادِرِيَّةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ مَعْهَدِ سُرْيَالَيَا وَجَمِيْعِ أَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوْصًا اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ الْأَوْلِيَاءِ غَوْثِ الْأَعْظَمِ قُطْبِ الْعَالَمِيْنَ السَّيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي الْقَاسِمِ جُنَيْدِ الْبَغْدَادِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ مَعْرُوْفِ الْكَرَخِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سِرِّ السَّقَطِيِّ وَالسَّيْدِ الشَّيْخِ حَبِيْبِ الْعَجَمِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ حَسَنِ الْبَصْرِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ جَعْفَرِ الصَّادِقِ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ يُوْسُفُ الْهَمَدَانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدِ الْبُسْطَامِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سَاهْ بَهَاءُ الدِّيِنِ النَّقْشَبَنْدِيِّ وَحَضْرَةِ إِمَامِ الرَّبَّانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ خَاطِبِ ابْنِ عَبْدِ الْغَفَّارِ السَّمْبَاسِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ طَلْحَةَ كَالِي سَافُو السِرْبَوْنِي وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اللّٰهِ مُبَارَكِ بْنِ نُوْرِ مُحَمَّدٍ وَشَيْخِنَا الْمُكَرَّمِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ صَاحِبُ الْوَفٰى تَاجِ الْعَارِفِيْنَ وَشَيْخِنَا الْمُكَرَّمِ الشَّيْخِ مُحَمَّدْ عَبْدُ الْغَوْثِ سَيْفُ اللّٰهِ مَسْلُوْلُ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهمُ وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَالْأۤخِذِيْنَ عَنْهُمْ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa Arwahi Ahlis Sislilatil Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Ma’ had Suryalaya, wajami’i ahlith thuruqi khushuushon ilaa Hadhroti sulthoonil auliyaa’i ghautsil a’zhom quthbil ‘aalamiina Sayyidisy Syaikh Muhyiddin Abdul Qodir al Jailaanii qaddasalloohu sirrohu, was sayyidisy Syaikh Abil Qoosim Junaidil Baghdaadiyyi, was sayyidisy syaikh Ma’ruufil Karkhi, was sayyidisy Syaikh Sirris Saqthi, was sayyidisy Syaikh Habiibil ‘Ajamiyyi, was sayyidisy Syaikh Hasan al Basri, was sayyidisy syaikh Ja’far as Shoodiq, was sayyidisy syaikh Yuusuf al Hamdaniyyi, was sayyidisy Syaikh Abii Yazid al Busthomiyyi, was sayyidisy Syaikh Syaah Bahaauddin an Naqsyabandiyyi, wahadhroti Imaam ar Robbaanii, was sayyidisy Syaikh Ahmad Khotib ibni ‘ Abdil Ghoffar as Sambasi, was sayyidisy Syaikh Tholhah Kaalisaafuu Sirbaunii, wahadhroti Syaikh ‘Abdullooh Mubaarok bin Nur Muhammad, wa Sayyidisy Syaikh Ahmad Shoohibul Wafaa Taajul ‘Aarifin, wa syaikhinal mukarrom Syaikh Muhammad Abdul Gaos Syaifulloh Maslul Qaddasalloohu Sirrohum, wa ushuulihim wa furuu‘ihim wa ahli silsilatihim, Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah
“Semoga disampaikan kepada guru-guru dalam silsilah Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya dan kepada semua ahli thoriqot, khususnya kepada ruhnya wali penolong agung, panutan alam, yakni Syaikh Abdul Qodir al Jailani Semoga Alloh mensucikan rahasia jiwanya, dan pimpinan golongan tasawwuf Abil Qosim Junaid al Baghdadi dan Sayyid Syaikh Ma’ruf al Karkhi dan Sayyid Syaikh Sirri Assaqathi dan Sayyid Syaikh Habib Al-Ajami dan Sayyid Syaikh Hasan al Basri dan Sayyid Syaikh Ja’far Shodiq dan Sayyid Syaikh Yusuf al Hamdani dan Sayyid Syaikh Abi Yazid al Bushtami dan Sayyid Syaikh Bahauddin Naqsyabandi dan Imam Robbani dan Sayyid Syaikh Ahmad Khatib Sambas bin ‘Abdul Ghoffar dan Syaikh Tholhah Kalisapu Cirebon dan kepada guru kita yang dimuliakan Syaikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad dan kepada Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin dan Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Qaddasalloohu Sirrohum dan kepada leluhurnya, kepada anak turunnya dan ahli keluarga silsilah serta semua yang mengambil berkah dari mereka.Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,” Al-Faatihah
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَوَالِدِيْكُمْ وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِكُمْ وَاَمْوَاتِنَا وَاَمْوَاتِكُمْ وَلِمَنْ أَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهٗ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا وَاسْتَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا عِنْدَكَ بِدُعَاءِ الْخَيْرِ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa arwaahi waalidiinaa wa waalidiikum wa masyaaikhinaa wa masyaaikhikum wa amwaatinaa wa amwaatikum, waliman ahsana ilainaa wa liman lahuu haqqun ‘alainaa, wa liman aushoonaa wastaushoonaa, waqolladanaa ‘indaka bidu’aail khoir. Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah.
“Semoga disampaikan kepada arwah ayah-ayah kami dan ayahmu sekalian, dan bagi arwah guru-guru kami dan arwah guru-gurumu sekalian, dan kepada mereka yang telah meninggal dunia dari pihakku dan dari pihakmu sekalian, kepada mereka yang mempunyai haq terhadap kita sekalian . Kepada mereka yang telah berwasiat kepada kita. Kepada mereka yang meminta wasiat dari kita sekalian dan mengikuti kita di jalan Ridho-Mu dengan doa kebaikan. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,” Al-Faatihah
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا مِنْ يَمِيْنِهَا اِلٰى شِمَالِهَا وَمِنْ قَافٍ اِلٰى قَافٍ مِنْ لَّدُنْ اٰدَمَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Tsumma ilaa arwaahi jamii’il mu’miniina wal mu’minaat, wal muslimiina wal muslimaat al ahyaa’i minhum wal amwat, min masyaariqil ardhi ilaa maghooribihaa min yamiinihaa ilaa syimaalihaa, wamin Qoofin ilaa Qoofin, milladun Aadam ilaa yaumil Qiyaamah. Kullu sya’in lillaahi lahum, Al-Faatihah.
“Semoga disampaikan kepada seluruh saudara-saudara kami, baik mukminin maupun muslimah, dan muslim serta muslimah. Baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia mulai dari timur hingga barat dunia, dari selatan hingga utara dunia, dan dari Gunung Qaf ke Gunung Qaf, mulai dari Adam sampai hari kiamat. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan,” Al-Faatihah
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Laa ilaaha illallohu walloohu Akbaru wa Lillaahil hamdu.
“Tiada tuhan selain Alloh, Dia-lah yang Maha Besar dan hanya bagi-Nya segala puji.”(x3)
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul huwalloohu ahad Alloohush Shomad Lam yalid wa lam yuulad Wa lam yakul lahuu kufuwan Ahad (3x)
“Dengan menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah (Ya Muhammad) Alloh itu Esa. Alloh adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Laa ilaaha illallohu walloohu Akbaru wa Lillaahil hamdu.
“Tiada tuhan selain Alloh, ialah Zat yang Maha Besar dan bagi-Nya lah segala puji.”
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Qul a’uudzu birobbil falaq, Min syarri maa kholaqk Wa min syarri ghoosiqin idzaa waqobl Wa min syarrin naffaatsaati fil ‘uqodm Wa min syarri haasidin idzaa hasad
“Dengan menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakan Aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Kemudian dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Laa ilaaha illallohu walloohu Akbaru wa Lillaahil hamdu.
“Tiada tuhan selain Alloh, ialah Zat yang Maha Besar dan bagi-Nya lah segala puji.”
وَإِلٰـهُكُمْ إِلٰهٌ وَّاحِدٌ لَاۤ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
Wa ilaahukum ilaahuw waahid, laa ilaaha illa Huwar Rohmaanur Rohiim.
“Dan Tuhan-Mu Tuhan yang satu. Tiada Tuhan selain Dia, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
إِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰۤـأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Innallooha wa malaa’ikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiyy, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
“Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikatnya bersholawat kepada Nabi (Muhammad), hai orang-orang yang beriman bersholawatlah kepadanya dengan keselamatan yang sempurna.”
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَاماً تَامًّا عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَـمَّدِنِ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائـِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الـْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ فِيْ كُلِّ لَـمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ (x3)
اَلْفَاتِحَــةْ
Bismillaahirrohmanirrohiim. Alloohumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaman ‘alaa sayyidina Muhammadinil ladzii tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tuqdhoo bihil hawaa’iju wa tunaalu bihir roghoo’ibu wa husnul khowaatimi wa yustasqol ghomaamu biwajhihil Kariimi wa ‘alaa aalihi wa shohbihii fii kulli lamhatiw wa nafasin bi ‘adadi kulli ma’luumillak. (3x) Al-Faatihah
“Dengan menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Alloh! Limpahkanlah sholawat serta keselamatan yang sempurna atas penghulu kami Nabi Muhammad Saw yang telah mempertemukan salah satu ikatan kepercayaan yang bulat. Dan melepaskan dengannya dari kesengsaraan, dan mengabulkan segala maksud dan mendapatkan segala keinginan dan husnul khatimah (baik disaat terakhir) dan menghapuskan segala duka nestapa karena Zat-Mu Yang Mulia, dan atas para keluarganya juga para sahabatnya dalam setiap kedip pandangan dan pernafasan, sebanyak yang Engkau ketahui,” Al-Faatihah

Kesimpulan

  • Tawasul dalam Thariqah Naqshbandiyya adalah salah satu aspek penting dalam perjalanan spiritual para pengikut tarekat ini. Ini adalah cara mereka mendekatkan diri kepada Allah melalui bimbingan guru spiritual mereka dan praktik ibadah yang mendalam. Meskipun ada kontroversi seputar tawasul dalam Islam, bagi pengikut Thariqah Naqshbandiyya, itu adalah bagian penting dari perjalanan spiritual mereka untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT.
  • Tawasul Thariqah Qadiriyyah adalah salah satu aspek penting dalam tarekat Sufi ini. Ia mencerminkan usaha para pengikut untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara wali Allah atau guru spiritual mereka. Kontroversi seputar tawasul ini terus berlanjut dalam dunia Islam, tetapi bagi pengikut Thariqah Qadiriyyah, ia merupakan bagian penting dari perjalanan spiritual mereka menuju Allah SWT.
asuransi syariah, life insurance, car insurance, student insurance

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*