Fataya.co.id-Situasi krisis energi yang memengaruhi Eropa telah menimbulkan dampak yang signifikan. Dalam tindakan yang mengejutkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk menutup sementara markasnya di Jenewa, Swiss, akibat biaya energi yang terus melonjak.
Palais des Nations, markas besar PBB di Jenewa, direncanakan ditutup selama seminggu ke depan, hingga 12 Januari. Langkah ini diambil karena krisis likuiditas yang melanda, dengan tagihan listrik meningkat lebih dari 340% dalam tiga tahun terakhir sejak 2021.
Pihak resmi dari Kantor PBB di Jenewa (UNOG) telah mengonfirmasi bahwa peningkatan drastis ini telah memaksa pengurangan penggunaan eskalator dan penggunaan pemanas yang signifikan, bahkan di musim dingin.
Kenaikan tajam dalam harga energi di Eropa sendiri disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, yang mengakibatkan terhentinya pasokan gas dari Moskow karena adanya sanksi yang diberlakukan. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada krisis energi, tetapi juga menyebabkan tingginya tingkat inflasi di beberapa negara di Benua Biru.
Data terakhir menunjukkan bahwa hanya 141 dari 193 negara anggota PBB yang telah melunasi iuran wajib mereka hingga 12 Desember. Alessandra Vellucci, juru bicara PBB, menyebutkan bahwa bahkan Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu negara pendiri dengan PDB terbesar di dunia, termasuk di antara negara-negara yang belum melunasi pembayarannya.
Krisis energi yang terus berlanjut di Eropa telah mendorong PBB untuk mengambil tindakan ekstrem untuk menghemat pengeluaran, menunjukkan dampak yang luas dari situasi sulit ini pada lembaga internasional utama di wilayah tersebut.
Sumber: @cncbcindonesia