Fataya.co.id – Program hilirisasi nikel, yang menjadi andalan Presiden Jokowi, menjadi pusat perdebatan sengit menjelang Pemilihan Presiden 2024. Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, memberikan tanggapannya terkait isu ini dalam acara Market Outlook Trimegah pada Rabu, 31 Januari.
Dalam pernyataannya, Bahlil menanggapi pandangan yang menentang kebijakan pemerintah untuk tidak mempertahankan larangan ekspor nikel mentah. “Kalau ada yang berpandangan bahwa proses pemerintah untuk tidak mempertahankan pelarangan ekspor (nikel), saya mau tanya, nasionalisme kepada negara ini dimana? Jangan terlalu pintar sekolahnya ke luar negeri sampai negara kita mau jual. Maka kalau mau dibuka, saya bingung,” ungkapnya dengan tegas.
Bahlil menyatakan bahwa kebijakan pemerintah untuk menghentikan ekspor bijih nikel bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Menurutnya, kebijakan tersebut telah memberikan hasil signifikan. “Pada 2017-2018 nilai ekspor ore nikel kita cuma dihargai US$3,3. Tapi di 2022 naik menjadi US$30,3. Ini hasilnya harganya bisa naik 10 kali lipat berkat ekspor nikel akibat hilirisasi,” kata Bahlil.
Menteri Investasi juga menegaskan bahwa langkah tersebut telah mengamankan total investasi baterai kendaraan listrik mencapai US$42 miliar atau setara Rp630 triliun.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia telah berseteru dengan Tom Lembong, lulusan Harvard dan mantan Menteri Perdagangan serta Kepala BKPM, yang memiliki pandangan berbeda terkait kebijakan hilirisasi nikel. Perseteruan ini menambah kompleksitas isu strategis yang menjadi fokus dalam persaingan politik menjelang Pemilihan Presiden 2024.
Sumber: @cnbcindonesia