Najwa Shihab, Raffi Ahmad, dan Atta Halilintar Terlibat?!

Kontroversi Deepfake! Najwa Shihab, Raffi Ahmad, dan Atta Halilintar Terlibat?

Diposting pada

Fataya.co.id – Belakangan ini, heboh beredar sebuah video di media sosial yang memperlihatkan diskusi kontroversial antara Najwa Shihab, Raffi Ahmad, dan Atta Halilintar terkait promosi situs judi yang sedang viral.

Video tersebut menciptakan kegaduhan di dunia maya, dengan banyak netizen yang mempertanyakan keterlibatan para narasumber yang sebelumnya tidak terkait dengan hal ilegal seperti judi.

Dalam rekaman yang diunggah, terlihat ketiga tokoh tersebut mengenakan masker sambil membahas sebuah situs judi online.

Meskipun suaranya terdengar mirip dengan suara asli, banyak yang curiga karena nadanya terdengar datar, seolah-olah seperti suara bot kecerdasan buatan (AI).

Organisasi Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) turut angkat bicara terkait kontroversi ini.

Mereka mengungkapkan bahwa video promosi situs judi oleh Najwa Shihab sebenarnya palsu, merupakan hasil manipulasi AI atau yang lebih dikenal dengan istilah deepfake.

“PALSU (Deepfake), menggunakan suara Najwa yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence),” demikian disampaikan Mafindo seperti yang dikutip dari situs TurnBackHoax.

BACA JUGA :   Qarrar Raih Top 10 di WSK Championship Cup, Harapan Baru Indonesia di Dunia Balap

Lebih lanjut, Mafindo menegaskan bahwa videonya sendiri memang asli, diambil dari episode “Vaksin Siapa Takut” yang ditayangkan pada 2021 di acara Narasi.

Namun, isu muncul karena konten tersebut telah dimanipulasi secara cermat.

Dalam menghadapi konten-konten semacam ini, Mafindo mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati.

Mereka menekankan pentingnya selalu melakukan konfirmasi sebelum menyebarkan informasi serta tidak terjebak oleh hoaks.

Kontroversi ini juga menjadi peringatan akan potensi penyebaran berita palsu dengan memanfaatkan teknologi deepfake yang semakin canggih.

Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam mengonsumsi informasi dan tidak mudah terpengaruh oleh konten manipulatif yang dapat merugikan integritas publik.

Sumber: @suarapembaruanid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *