Table of Contents
Kisah Nabi Ismail Singkat. Ismail potret anak yang taat
Siapakan nabi Ismail itu?
Mempelajari kisah hidup, siroh dan perjalanan hidup para nabi dan rasul sangat penting bagi kita umat Islam.
Betapa tidak, di jaman modern ini, banyak orang pintar dan pandai tapi tidak banyak orang yang bisa jadi teladan dan contoh nyata dalam kehidupan sehari hari.
Generasi muda kita butuh sosok Ismail. Seorang anak yang soleh. Dia sosok yang taat pada orangtua dan taat pada perintah Allah.
Nabi Ismail merupakan salah satu keturunan dari nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim memiliki 2 orang istri. Istri pertama nabi Ismail bernama Sarah. Istri kedua bernama hajar.
Sebagai seorang istri pertama, tentu saja Sarah merasa nggak enak.
Mengapa Sarah ngerasa nggak enak?
Sebab, sudah lama mereka berumah tangga, namun belum punya keturunan.
Padahal mereka perlu generasi penerus untuk meneruskan perjuangan nabi Ibrahim dalam rangka menegakkan agama Allah di muka bumi ini.
Ibu Nabi Ismail
Kemudian Sarah meminta Ibrahim untuk mengambil Hajar sebagai istrinya yang ke dua.
Sarah berharap, pernikahan Ibrahim dengan Hajar akan melahirkan putra yang di gadang gadang sebagai calon penerus perjuangan nabi Ibrahim.
Maka, menikahlah Hajar bersama Ibrahim. Mereka pun hidup berbahagia.
Dalam beberapa waktu saja, Hajar mulai mengandung bibit bayi di dalam perutnya. Dia mengandung bibit cinta kasih antara dia dengan Ibrahim.
Tak berapa lama Hajar mengandung. Lahirlah janin yang ada dalam kandungan Hajar. Lahir seorang laki-laki tampan bernama Ismail.
Sedangkan Sarah yang lama tidak punya anak, ahirnya juga mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Putra Sarah ini diberi nama Ishak. Padahal, usia Sarah sudah menunjukkan agak tua ketika dia melahirkan.
Awalnya tidak ada masalah antara Sarah dengan hajar. Mereka saling menghargai dan menghormati sebagai sesama istri nabi Ibrahim.
Tapi, lama-lama ada kerenggangan hubungan diantara mereka.
Menurut pendapat Sarah, perhatian nabi Ibrahim yang lebih banyak tercurah kepada Hajar dan putranya, Ismail
Tentu saja hal ini membuat Sarah cemburu. Sarah meminta kepada suaminya, Ibrahim agar m Hajar dipindahkan ke tempat lain.
Sarah merasa kurang senang hidup bersama Hajar.
Sarah tidak ingin melihat Hajar dan Ismail lagi.
Walau begitu, tidak serta merta nabi Ibrahim menuruti permintaan dan keinginan istri pertamanya.
Tetapi
Ahirnya, nabi Ibrahim mengajak Hajar dan Ismail pindah ke Mekkah.
Tentu Ibrahim mau memidnah Hajar dan Ismail ke Makkah bukan karena takut istri pertama. tapi karena Ibrahim menerima perintah dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Saat itu, Ismail masih sangat kecil. Dia masih menyusu pada ibunya, Hajar.
Terpaksa Ismail ikut kedua orang tuanya dan melakukan perjalanan yang cukup jauh. Sebuah perjalanan panjang yang sangat menyita waktu dan melelahkan.
Hajar dan Ismail diletakkan di daerah yang tandus. Di sana masih berupa padang pasir dan terik matahari yang sangat menyengat kulit.
Tak seorangpun yang hidup di sana kecuali hanya mereka berdua saja.
Kisah nabi Muhammad penuh teladan untuk kita
Asal mula Telaga zam-zam
Saat itu disekitar tempat itu tidak ada mata air. Perbekalan mereka sudah mulai menipis bahkan hampir habis. Ismail kecil mulai merasa lapar dan kehausan. Dia menangis karena tidak kuat menahan rasa haus dan lapar yang teramat sangat.
“Sabarlah anakku. Ibu akan mencari air untukmu” Hajar berlari sambil mencari air.
Hajar berlari-lari kecil ke gunung sofa. Tetapi tidak terdapat air juga. Kemudian Hajar turun dan naik lagi ke gunung Marwah.
Tidak ada setetes air pun yang dijumpainya.
“Ya Allah ya Tuhanku. Tolonglah hambamu ini yang sedang dalam bahaya kematian. Kami bertambah payah, lemah dan kehausan. Hajar meratap, memohon kepada Allah.
Dia berkata kepada Ismail dengan air mata yang terurai, berlinang
“Sabarlah anakku. Sabarlah anakku”.
Tiba-tiba saja, tak jauh dari Ismail nampak seorang lelaki datang. Lelaki itu menjejakkan kakinya ke tanah. Maka keluarlah air yang berlimpah ruah, memancar ke segenap penjuru.
Tidak lain tidak bukan, lelaki itu adalah seorang malaikat yang diutus oleh Allah untuk membantu mereka.
Hajar pun segera berlari ke tempat itu. Dia mengambil air secukupnya.
Dengan pertolongan Allah ini, Ismail terhindar dari kematian karena kehausan.
Tahukah kamu, siapa lelaki itu?
Dia adalah malaikat jibril. JIbril berkata zam zam. zam zam. Artinya berkumpullah.
Maka, air pun berkumpul menjadi mata air yang Sejak saat itu disebut Telaga air Zamzam.
Hai Hajar, jangan kau merasa khawatir akan kehabisan air. Jangan takut. Telaga ini bukan hanya untuk orang-orang di sini saja melainkan juga untuk tamu-tamu Tuhan.
Dan bapak anak ini nanti akan datang untuk membangun rumah Allah di tempat ini. Pesan Malaikat Jibril kepada Hajar sebelum dia beranjak pergi.
Tahukah kamu bahwa yang dimaksud dengan rumah Allah adalah Ka’bah.
Sedangkan yang dimaksud dengan tamu-tamu Tuhan adalah orang-orang yang akan datang ke Mekah mengerjakan Ibadah Haji.
Benar saja, jejak perjalanan Sarah, Ibrahim dan nabi Ismail terpelihara hingga sekarang dan dijadikan sebagai amalan ibadah haji.
Dengan adanya sumur Zamzam ini, banyak berdatangan burung-burung dari padang pasir. Mereka berkumpul dan berkerumun di sekitar sumur sehingga menarik perhatian para kafilah yang melewati tempat itu.
Semakin lama, semakin banyak orang berdatangan dan menetap di tempat itu bersama Hajar dan Ismail.
Mereka menganggap Hajar dan Ismail adalah pemilik tempat itu.
Sehingga para pendatang yang berasal dari suku Jurhum itu sangat menghormatinya.
Bahkan mereka meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil air zam-zam dan mendirikan tempat tinggal di sekitar sumur Zam zam.
Baca juga Kisah nabi Isa yang sebenarnya tidak pernah di salib
Kisah Nabi Ismail Disembelih
Ibrahim merasa sangat rindu setelah beberapa tahun berlalu meninggalkan anak istrinya di padang pasir yang sangat tandus.
Tiap kali ada kesempatan, dia mengirim utusan untuk melihat keadaan anak dan istrinya.
Dia merasa lega karena para utusan menerangkan bahwa Hajar dan Ismail dalam keadaan baik-baik saja.
Dia tambah bahagia dan bangga karena anak dan istrinya dianggap pemilik dan pemimpin di Mekah.
Alasannya karena istri dan anaknya orang yang pertama kali menetap dan bertempat tinggal di sana.
Ibrahim pun tak dapat menahan kerinduannya yang terpendam selama ini. Dia segera berangkat ke Mekah.
Mereka bertemu di padang Arafah.
Saat itu, anak dan istrinya sedang menggembalakan ternak yang banyak sekali.
Dia merasa lega bercampur bahagia.
Ternyata anak dan istrinya hidup bahagia tak kurang satu apapun.
Bahkan mereka kelihatan cukup dan terlebih.
Dalam perjalanan pulang menuju Mekah.
Ketiga anak manusia ini beristirahat di Muzdalifah.
Karena capek dan kelelahan dalam perjalanan antara Palestina dan Mekkah.
Jarak antara Palestina dan Makkah bukan jarah yang dekat kala itu. Karena belum ada moda transportasi modern.
Karena begitu lelahnya, mereka pun akhirnya terlelap dalam tidur. Dalam tidur yang sangat singkat itu, Ibrahim mendapat Wahyu melalui mimpi bahwa ia diperintahkan untuk menyembelih Ismail.
Ismail harus disembelih untuk dikorbankan sebagai bukti dan bakti kepada Tuhan.
Maka berdebar hati Ibrahim ketika ia terbangun.
Ujian kali ini benar-benar sangat berat.
Padahal Ia begitu menyayangi Ismail.
Tetapi Tuhan menghendaki anak yang sangat dicintainya itu dijadikan korban.
Sungguh berat cobaan ini.
Kisah Nabi Ismail dalam Al Quran
Sudah lama dia sangat mengharapkan dan mendambakan hadirnya seorang Putra sebagai penerus perjuangan dan dakwahnya.
Ismail adalah anak yang pertama yang sangat di idam idamkan.
Dari perkawinan dengan Sarah ia belum dikarunia anak walau usia sudah sangat lanjut.
Setelah mendapat anak mengapa harus dikurbankan? Mula-mula Ibrahim merasa ragu.
Akhirnya dia menguatkan hati dan imannya. Semua karena cintanya kepada Tuhan.
Akhirnya dia ceritakan mimpi itu kepada Ismail “Wahai Ismail anakku, tadi malam aku diperintahkan oleh Allah untuk menyerahkanmu sebagai korban dan menyembelihmu. Sekarang bagaimana pendapatmu” kata Ibrahim
Ismail menjawab “Ayah, bila itu adalah perintah Allah, maka laksanakanlah apa yang Allah perintahkan itu. Dan aku akan sabar dan ikhlas”.
Iblis pun berusaha merintangi perintah Allah kepada Ibrahim.
Berkali-kali Iblis berusaha membujuk agar mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Namun ketigannya tetap melaksanakan perintah Allah itu meskipun terasa berat.
Godaan Iblis yang demikian kuat itu tidak mampu meruntuhkan iman mereka.
Ismail pun segera dibawa ke atas bukit oleh Ibrahim. Wajahnya ditutup dengan kain putih. Pedang sudah disiapkan.
Ismail diganti dengan seekor kambing gemuk.
Malaikat Jibril yang melakukannya atas perintah Allah.
Dengan begitu, Ismail selamat dari penyembelihan.
Allah berfirman kepada Ibrahim “Hai Ibrahim kau sudah melaksanakan perintah Ku dengan ikhlas dan sekarang sebagai gantinya aku berikan binatang ternak untuk disembelih”.
Ini adalah cobaan yang sangat besar bagi Ibrahim.
Peristiwa besar ini terjadi di pada tanggal 10 Djulhijjah.
Hingga sekarang peristiwa ini dirayakan sebagai hari raya kurban.
Umat Islam yang melaksanakan ibadah haji juga melakukan korban di Mina sebagai bukti dan bakti penghormatan atas nabi Ibrahim.
Baca juga Kisah nabi Ibrahim bapak para nabi dan rasul yang tidak mempan di bakar api
Nasehat Ibrahim kepada putranya, Nabi Ismail
Semakin hari umur Ismail makin bertambah. Hingga dia terlihat tampan dan rupawan.
Tiba saatnya dia harus menikah.
Maka Ismail akan segera dinikahkan oleh Ibrahim dengan seorang wanita. Istri nabi Ismail seorang wanita cantik.
Suatu hari Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Pada waktu itu Ismail tidak ada di rumah. Hanya istrinya yang ada di rumah.
Ibrahim pun bertanya kepada istri Ismail “Di mana Ismail”
“Ismail sedang keluar untuk berburu” Jawab istrinya.
Ibrahim bertanya lagi “Bagaimana keadaan rumah ini?”
“Aduh, rumah ini dalam keadaan kesulitan dan kesempitan”. Istri Ismail menceritakan Kelakuan buruk dan kekurangan Ismail pada mertuanya.
“Apakah kamu mempunyai jamuan” Tanya Ibrahim.
Istri Ismail menjawab “Aku tidak punya makanan dan minuman apapun. Aku tidak punya apa-apa” kata istri Ismail.
Betapa kecewa Ibrahim melihat penampilan istri anaknya itu. Wanita itu tidak menghormati suaminya dan menceritakan kekurangan suami sendiri tanpa tersisa.
“Katakan kepada suamimu bahwa ambang pintu sebelah ini cepat diganti” Pesan Ibrahim kepada wanita itu sebelum pamit pergi.
Sewaktu Ismail pulang, istrinya segera menceritakan semua yang terjadi kepada suaminya juga tentang wasiat ayahnya.
Ismail mengangguk kemudian berkata pada istrinya “Maksud Ayahku, aku harus menceraikanmu. Kamu harus pulang ke rumah keluargamu”
Setelah Ismail bercerai dengan istrinya. Ismail nikah lagi dengan wanita lain.
Kali ini istrinya adalah seorang wanita yang solehah, berbudi pekerti Mulia, tutur katanya manis. Saat Ibrahim berkunjung disambutnya dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan dan kekurangan Ismail.
Sebelum Ibrahim pergi, dia berpesan kepada menantunya itu “Katakan kepada suamimu, ambang pintu jangan diganti”.
Bahasa isyarat itu cepat dimengerti oleh Ismail. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat. Ayahnya setuju dengan perkawinannya.
Ismail hidup berbahagia dengan istrinya. Ia mempunyai beberapa keturunan. Dari keturunan Ismail inilah akan lahir seorang manusia yang mulia penutup nabi dan rasul yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Mukjizat Ismail pada berdirinya Kakbah
Suatu hari, Ibrahim pedapat perintah Allah untuk mendirikan Kabah di dekat telaga Zam zam. Maka, keduanya sepakat untuk membangun rumah Allah yang akan di gunakan sebagai tempat ibadah.
Mereka membangun Kakbah dengan tangan mereka sendiri. Mereka angkut batu dan pasir serta bahan lainnya dengan tangan dan kekuatan mereka sendiri.
Setiap kali selesai bekerja, mereka berdoa kepada Allah “Ya Allah, terimalah persembahan maki ini. Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada engkau. Begitu pula anak dan keturunan kami semua semoga menjadi umat yang tunduk dan patuh. Tunjukanlah kepada kami cara dan tempat ibadah ”
Ketika membangun rumah itu, Ibrahim d an Ismail meletakkan sebuah batu hitam besar yang mengkilat. Batu hitam ini disebut Hajar Aswad. Dan hingga kini, dengan ijin Allah batu ini masih ada dan terjaga.
Setelah Ibrahim dan Ismail selesai membangun tempat suci ini, Allah mengajarkan kepada mereka tata cara ibadah untuk menyembahNya.
Tata cara ibadah ini juga yang diajarkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul sesudah Ibrahim dan Ismail.
Bukan hanya di ajarkan tata cara ibadah. Allah juga memerinahkan Ibrahim untuk khitan. Padahal, saat itu Ibrahim berumur 90 tahun. Sedangkan Ismail berumur 13 tahun.