Fataya.co.id – Mengenal Sifat Sum’ah dalam Islam, Sebagai umat muslim, kita semua wajib beriman kepada Allah. Kita semua wajib beribidah sesuai tuntunan-Nya, dan juga mempercayai bahwa Allah adalah satu-satunya tempat untuk meminta dan menyembah. Namun, tahukah teman-teman tentang orang yang beribadah tetapi gemar menyombongkan ibadahnya?
Sama seperti kita, orang-orang golongan ini juga meyakini Islam. Orang-orang ini juga mengikuti tuntunan agama. Namun, mereka suka menunjukkan amal apa saja yang dilakukannya, demi pujian atau sanjungan.
Apakah teman-teman familiar dengan orang-orang yang demikian? Sebenarnya, orang yang gemar menunjukkan amal ibadahnya memiliki sifat yang dikenal dengan sifat sum’ah dalam Islam. Kali ini, kami akan ajak teman-teman mengenal sifat sum’ah melalui artikel ini.
Table of Contents
Mengenal Sifat Sum’ah dalam Islam, Apa yang dimaksud dengan Sifat Sum’ah?
Sum’ah artinya gemar memperdengarkan atau gemar menceritakan. Sum’ah merupakan sifat seseorang yang gemar memberitahukan amal ibadahnya kepada orang lain, dengan harapan ia mendapat sanjungan atau pujian dari siapa saja yang mendengar ceritanya.
Sifat ini tentu saja termasuk sifat yang tidak baik atau tercela karena alasan-alasan berikut. Pertama, sum’ah membelokkan tujuan seseorang menjalankan amal ibadah. Yang awalnya meningkatkan keimanan, akhirnya berubah menjadi mendapatkan berbagai maacam pujian.
Kedua, sum’ah membuat ibadah menjadi sia-sia. Suatu amal ibadah tidak akan mendapatkan pahala dari Allah, apabila dilaksanakan untuk mencari pujian. Sebaliknya, hal tersebut akan menjadi sebuah dosa.
Sifat sum’ah bisa timbul dalam diri seseorang saat ibadah sedang dilakukan, atau setelah ibadah tersebut selesai dilakukan. Sifat ini bisa dimiliki siapa saja. Barangkali, kita pun pernah atau justru sedang memilikinya.
Terkadang, kemunculan sifat sum’ah juga tidak disadari, artinya timbul tanpa disengaja. Untuk memudahkan introspeksi, berikut kami berikan berbagai contoh perilaku yang termasuk sifat sum’ah.
Contoh Perilaku Sum’ah
Mengutip bahan ajar Kurikulum Merdeka “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X” terbitan Kemdikbud, sifat sum’ah dapat dicontohkan melalui dua hal, yaitu sum’ah dalam niat dan sum’ah dalam perbuatan. Berikut merupakan contoh sifat sum’ah, baik dari segi niat maupun perbuatan.
- Berkata ikhlas beribadah karena Allah, tetapi di hati sebaliknya.
Sifat sum’ah ini termasuk contoh sum’ah dalam niat. Seseorang akan bercerita tentang keikhlasannya, padahal niat ikhlasnya dalam beribadah hanya bualan untuk menaikkan citra diri di hadapan orang lain. Dalam hal ini, objek sum’ahnya adalah niat, sehingga disebut sum’ah dalam niat.
- Mengubah bentuk tubuh menjadi kurus dan mengubah wajah menjadi pucat, agar disangka rajin berpuasa dan selalu salat tahajud.
Perilaku ini sudah masuk pada aksi atau perbuatan. Orang yang melakukan ini biasanya berani melakukan diet ketat agar menjadi kurus, kemudian melakukan apa saja untuk terlihat pucat dengan harapan ia dianggap taat beribadah. Lebih tepatnya, dianggap rajin berpuasa dan selalu salat tahajud.
- Memakai baju muslim lengkap agar disangka saleh / saleha.
Orang yang melakukan ini akan mengubah gaya berbusananya. Ia berusaha memakai baju muslim lengkap agar dianggap saleh / saleha. Pada kenyataannya, cara tersebut seringkali berhasil menuai perhatian dan pujian, sehingga sering dimanfaatkan untuk mencari eksistensi oleh orang-orang tertentu.
- Membuat tanda hitam di dahi agar disangka ahli sujud.
Label ahli sujud nyatanya sering disematkan pada orang-orang yang memiliki tanda hitam di dahi. Sama seperti contoh sebelumnya, hal ini juga sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang mencari eksistensi.
Hadits tentang Sifat Sum’ah
Berikut hadits yang menerangkan sifat sum’ah dalam Islam.
“Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum’ah dan riya kecuali Allah akan memperdengarkan aipnya kepada seluruh makhluk pada hari kiamat nanti”. (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa umat Muslim dilarang untuk mempertontonkan sifat sum’ah karena Allah membenci sifat tersebut. Siapapun yang suka memperdengarkan ibadahnya, Allah akan memberi ganjaran pada hari kiamat nanti, yaitu akan diperdengarkan aip pelaku sum’ah kepada semua makhluk.
Lebih lanjut, Bukhari meriwayatkan Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut.
“Barangsiapa yang berbuat sum’ah, maka akan diperlakukan dengan demikian oleh Allah, dan siapa yang berbuat riya’ maka ia akan dibalas dengan riya’.” (HR. Bukhari)
Dengan demikian, sangat jelas bahwa Sum’ah merupakan sifat yang sangat dilarang. Hal ini telah dirawayatkan dalam hadits dan sabda Rasulullah yang berkaitan. Maka, sebagai umat Muslim kita sudah sepantasnya menghindari sifat sum’ah. Berikut merupakan cara menghindarinya.
Cara Menghindari Sifat Sum’ah
- Meluruskan niat dan menyadari posisinya sebagai hamba Allah.
Niatkan ibadah hanya karena Allah SWT, bukan karena pujian atau image baik di mata orang lain. Setelah niat sudah diluruskan, sadari posisi diri teman-teman sebagai hamba-Nya. Artinya, teman-teman harus meyakini bahwa segala keberhasilan merupakan karunia dari Allah.
Menyadari posisi sebagai hamba artinya memiliki kerendahan hati untuk meminta. Teman-teman harus memohonkan permintaan dengan segenap hati, termasuk memohon ampunan. Mohonkan juga untuk dijauhkan dari sifat sum’ah.
- Mengingat kematian.
Perbanyak ibadah untuk sebagai bekal setelah kematian. Ingat kematian sesungguhnya dekat. Dengan begitu, sebisa mungkin kita akan mengurangi sifat-sifat tercela.
- Memperbanyak rasa syukur.
Alih-alih mengharapkan apa yang tidak dimiliki, misalnya pujian, sanjungan dan lain sebagainya, teman-teman akan lebih menghargai nikmat yang sudah didapatkan apabila memperbanyak rasa syukur. Rasa syukur juga menghindarkan kita dari rasa kecewa karena tidak memiliki apa yang orang lain punya.
- Menerapkan kesederhanaan dalam hidup.
Dengan menanamkan kesederhanaan dalam hidup, kita tidak akan mengharapkan penghargaan yang berlebih dari orang lain. Kita akan terbiasa untuk benar-benar ikhlas dan tidak berekspektasi tinggi. Dengan demikian, kita akan dijauhkan dari keinginan untuk dipuji ataupun disanjung.
Manfaat Menghindari Sifat Sum’ah
Salah satu manfaat menghindari sifat sum’ah adalah terhindar dari dosa. Namun, masih ada manfaat-manfaat lain yang bisa didapatkan jika mampu menahan diri untuk tidak menyombongkan amal ibadah apapun. Berikut manfaatnya.
- Ibadah tidak jadi sia-sia karena terhitung sebagai amal baik yang berpahala
- Terpeliharanya kejujuran
- Terjaganya kepatuhan terhadap agama
- Berakhlak terpuji tanpa harus dipuji orang lain
- Jauh dari sifat tinggi hati
- Terhindar dari sifat haus pujian
- Terbentuknya kualitas hubungan sosial yang lebih baik
Demikian informasi yang bisa kami sampaikan tentang sifat sum’ah. Kesimpulannya, sum’ah merupakan sifat tercela yang dapat timbul saat melakukan suatu amal ibadah atau setelah melakukannya. Sifat ini ditunjukkan dengan niat maupun perilaku menyombongkan amal ibadah. Sifat tercela ini mendatangkan berbagai manfaat apabila dihindari.
Nah itu dia tadi beberapa informasi mengenai Mengenal Sifat Sum’ah dalam Islam, Semoga apa yang bisa disampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.