Makna Aspek Keimanan dan Ketakwaan, Berserta Penerapan di Kehidupan

makna aspek keimanan dan ketakwaan

Aspek keimanan dan ketakwaan merujuk pada kedua aspek yang sangat penting dalam agama.

Keimanan adalah kepercayaan yang kuat terhadap ajaran agama, termasuk ajaran tentang Tuhan, malaikat, kitab suci, nabi-nabi, hari akhir, dan sebagainya.

Ketakwaan adalah sikap dan tindakan seseorang yang selalu memperhatikan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan ajaran agama.

makna aspek keimanan dan ketakwaanKedua aspek ini saling terkait dan tidak terpisahkan. Keimanan yang kuat akan mendorong seseorang untuk lebih taat kepada Tuhan, sementara ketakwaan yang kuat akan memperkuat keimanan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk menjaga kedua aspek ini dengan sebaik-baiknya.

A. Keimanan

Aspek keimanan merujuk pada kepercayaan yang kuat terhadap ajaran agama, termasuk ajaran tentang Tuhan, malaikat, kitab suci, nabi-nabi, hari akhir, dan sebagainya. Keimanan membantu seseorang untuk memahami dan memahami ajaran agama dengan lebih baik, serta membantu seseorang untuk tinggal di jalur yang benar.

keimanan dibagi menjadi lima pilar, yaitu:

 

1. Iman Kepada Allah SWT

Rukun iman yang paling utama dan pertama adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada (wujud). Artinya, setiap muslim wajib mempercayaiNya walaupun belum pernah melihat wujudNya, mendengar suaraNya, bahkan menyentuhNya.

Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri dalam Kitab Minhajul Muslim melalui surah Al-Anbiya’ ayat 22, Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah di langit dan bumi selain Dia.

لَوْ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Artinya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, niscaya hancurlah keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”

2. Iman Kepada Malaikat Allah

Beriman kepada malaikat maknanya mengimani wujud dan penciptaanya, mengimani 10 malaikat dan tugasnya yang diketahui, sekaligus mengimani sifat-sifatnya. Utamanya, sifat malaikat sebagai makhluk Allah SWT yang senantiasa tunduk dan patuh padaNya.

Allah SWT mengisyaratkan keberadaan malaikat dalam surah Al Anbiya ayat 19,

(19)وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ

(20)يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ

Artinya: “Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang,”

3. Iman Kepada Kitab Allah

Selanjutnya yang ketiga adalah iman kepada kitab-kitabNya. Hal ini dimaknai dengan meyakini dan mempercayai keberadaan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT.

Meski Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim, Allah SWT memerintahkan umatnya untuk mengimani keberadaan kitab lain sebelumnya seperti, Taurat, Zabur, dan Injil. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 3,

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ

Artinya: “Dia (Allah) menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,”

4. Iman Kepada Rasul

Keberadaan rasul sebagai utusan Allah SWT di muka bumi ini bertujuan untuk memberikan perinatan dan kabar kepada manusia. Untuk itulah, iman kepada rasul berarti mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah benar-benar mengutus rasulNya.

Keberadaan para rasul Allah SWT dibuktikan dalam surah Ar Ra’d ayat 38 yang berbunyi,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةً ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗلِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab (tertentu),”

5. Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir atau hari kiamat artinya meyakini dan mempercayai bahwa hari itu pasti akan datang. Pada hari itu alam semesta beserta seluruh isinya akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk dimintai pertanggungjawaban.

Meski demikian, kedatangan hari akhir hanya diketahui oleh Allah SWT. Sebagaimana termaktub dalam surah Al A’raf ayat 187,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ

 وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ

يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

6. Iman Kepada Qada dan Qadar

Qadha adalah ketetapan Allah SWT sejak sebelum penciptaan alam semesta (zaman azali). Sedangkan qadar adalah perwujudan ketetapan Allah SWT (qadha) yang sering disebut takdir.

Qadha adalah rencana dan qadar adalah perwujudan atau kenyataan, yang hubungan keduanya tak mungkin dipisahkan. Adanya qada dan qadar dijelaskan dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 38,

مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥ ۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِى ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلُ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا

Artinya: “Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnahNya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”

B. Ketakwaan 

Nilai manusia ada pada kualitas iman mereka. Faidah terbesar dalam menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan, seperti mencegah diri dari perbuatan maksiat.

Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah [2]: 183 yang artinya hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

Kajian online Ramadan yang digelar Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) kalai ini, Kamis (14/5), mengangkat tema Hubungan Puasa dan Takwa. Kajian dipaparkan oleh dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UII, Lukman, S.Ag., M. Pd.

Dalam kajiannya, Lukman menerangkan bahwa korelasi antara berpuasa dengan takwa ditinjau dari manfaat berpuasa itu sendiri. Dengan ketaatannya seseorang menjalankan ibadah puasa mampu membuat keimanannya bertambah.

Sedangkan di sisi lain dengan mengerjakan puasa seorang hamba telah patuh terhadap perintah-Nya dan mecegah dirinya dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.

Lukman juga menjelaskan bahwa ketakwaan manusia bisa di ukur. Berdasarkan 6 aspek analisis pengukuran yaitu; keimanan yang mendalam kepada Allah Swt. dan rukun iman lainnya, keyakinan dalam berdamai berdasarkan pengetahuan, kesadaran hidup adalah ujian, cinta Allah Swt. dan Rasulullah Saw.

Berikutnya bertawakkal kepada Allah Swt. secara benar, dan yang terakhir menghikmati kehadirannya kapanpun sebagai karunia. “Bagi seorang muslim, ketakwaan menjadi sesuatu yang sangat penting, karena takwa menjadi ukuran kehormatan seseorang di hadapan Allah Swt,” jelasnya.

Ia juga menegaskan untuk meningkatkan ketakwaan seorang hamba Allah Swt, hal yang terpenting yang perlu dilakukan adalah dengan mengenal Allah Swt.

dengan meyakini sebagai pencipta seluruh mahluk yang benar-benar ada, dari situlah tingkat keimanan seseorang akan diuji. “semakin seseorang mengenal Allah pasti semakin besar cintanya kepada Allah” ungkapnya. (HA/RS)

Contoh Penerapan dalam kehiduppan

Berikut ini adalah contoh penerapan yang dapat Anda terapkan dalam keseharian:

1. Rajin menunaikan ibadah baik itu sunnah maupun wajib,

2. Selalu menolong sesama manusia yang berkekurangan,

3. Selalu menyisihkan hartanya untuk bersedekah,

4. Menjauhi hal-hal yang dilarang Allah dan mengerjakan amalan-amalan yang dicintai Allah,

5. Sabar dalam menghadapi kesusahan, penderitaan, dan cobaan dalam hidup.

asuransi syariah, life insurance, car insurance, student insurance

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*