Supermodel ternama, Irina Shayk, baru-baru ini membagikan pengalaman pribadinya tentang krisis identitas yang dialaminya saat remaja. Menurut Shayk, krisis ini dipicu oleh pengaruh kuat dari sang ayah yang selalu menginginkan seorang anak laki-laki di dalam keluarganya.
Ia sendiri mengungkapkan bahwa ia merasa terlahir dan tumbuh pada tubuh yang salah karena harapan sang ayah. Wanita yang merupakan sulung dari dua bersaudari ini dengan tulus menceritakan bagaimana tekanan tersebut membuatnya membenci dirinya sendiri sebagai anak perempuan.
“Selama remaja, saya mengalami krisis identitas karena ayah saya selalu menginginkan anak lelaki. Saya merasa seperti terlahir dan tumbuh dalam tubuh yang salah,” tulis Shayk dalam komentar tersebut.
Pengakuan terbuka ini memberikan gambaran tentang perjalanan pribadi yang tidak mudah bagi supermodel yang telah sukses di industri fashion ini. Shayk juga berbagi bahwa perasaannya yang kompleks terhadap identitasnya telah memberikan dampak besar pada pandangan dirinya sebagai seorang perempuan.
“Tekanan untuk menjadi anak lelaki membuat saya membenci menjadi anak perempuan. Saya terus berjuang dengan perasaan tidak memadai,” tambah Shayk.
Pernyataan Shayk ini menjadi inspirasi bagi banyak pengikutnya yang mungkin juga mengalami perjalanan serupa. Banyak netizen memberikan dukungan dan mengapresiasi keberanian supermodel ini untuk berbicara terbuka tentang pengalaman pribadinya.
“Terima kasih sudah berbagi pengalamanmu, Irina. Ini pasti memberikan inspirasi dan kekuatan bagi banyak orang yang juga menghadapi masalah serupa,” tulis salah satu pengguna Instagram.
Dengan berbagi cerita pribadinya, Irina Shayk tidak hanya membuka diri terhadap penggemarnya, tetapi juga memberikan kontribusi positif dalam memecahkan stigma seputar identitas dan ekspektasi keluarga.
Sumber:@insertlive