Fataya.co.id – Penyebaran Covid-19 di Indonesia belakangan ini diperkirakan terkait dengan varian Eris EG.5.
Varian ini juga disebut-sebut menjadi pemicu kenaikan kasus, mirip dengan situasi yang terjadi di Singapura.
“Kemungkinan kenaikan kasus kali ini disebabkan antibodi masyarakat yang menurun sejak suntikan terakhir vaksin COVID-19,” ujar dr. Erlina Burhan SpP(K), dokter ahli paru-paru.
Dalam komentarnya, dr. Erlina, yang juga merupakan anggota Ka Satgas COVID-19 IDI, menyatakan bahwa gejala yang muncul hampir serupa dengan subvarian Omicron yang sebelumnya merebak.
“Terutama Omicron BA.4 dan BA.5. Selain hidung meler juga ada nyeri tenggorokan. Gejala nyeri otot, nyeri badan, nggak enak badan adalah gejala umum. Hampir sama di semua COVID. Itu terjadi. Jadi gejalanya nggak terlalu berbeda, mirip-mirip saja,” jelas dr. Erlina.
Dr. Erlina juga menggarisbawahi perlunya vaksin booster bagi setiap orang, terutama bagi lansia dan mereka yang memiliki penyakit komorbid.
“Ada kemungkinan titer antibodi kita juga menurun karena sudah lama kita divaksin. Sudah lebih dari enam bulan, dan secara teori harusnya (antibodi) menurun,” tambahnya.
Situasi ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan peningkatan upaya vaksinasi guna memitigasi penyebaran varian baru Covid-19 di Indonesia.
Kabar ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tetap waspada dan mendukung upaya pemerintah dalam percepatan vaksinasi dan implementasi protokol kesehatan yang ketat.
Sumber: @suarapembaruanid