Fataya.co.id – Kisah Rasulullah, Bekerja menjadi aspek vital dalam kehidupan manusia. Hal ini bukan hanya demi memenuhi kebutuhan hidup dan memastikan kelangsungan kehidupan sehari-hari, namun lebih dari itu.
Berikut ini akan kita bahas sebuah artikel singkat mengenai kisah rasulullah dalam bidang pekerjaan, simak dan pelajari isinya disini!!
Kisah Rasulullah
“Dengan wasilah bekerja, aneka kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi dan siklus kehidupan pun bisa berjalan dengan normal,” kata seorang ahli. Lebih lanjut, dengan niat yang baik, seperti menafkahi keluarga, bekerja pun bisa dianggap sebagai bentuk ibadah.
Menariknya, dalam pandangan Islam, bekerja bukanlah suatu hal yang dilarang. Bahkan, Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras. Namun, yang ditekankan adalah pentingnya menjaga hati dari penyakit yang disebut ‘hubbud dunya’ atau ‘cinta akan dunia’.
“Masalah hubbud dunya sendiri tidak bisa diukur dengan materi karena hubbud dunya masuk kategori penyakit hati yang sulit dideteksi dengan pandangan lahir,” jelas seorang ulama. Dengan kata lain, seseorang yang giat bekerja belum tentu hatinya terikat erat dengan dunia.
Sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menggambarkan pandangan Rasulullah tentang pentingnya bekerja. Suatu ketika Rasulullah duduk bersama sahabat-sahabatnya, seorang pemuda gagah lewat dengan pakaian kerja yang menandakan ia hendak bekerja.
Salah satu sahabat berkomentar, “Alangkah baiknya jika pemuda yang masih memiliki energi dan stamina kuat itu dipakai untuk berjihad di jalan Allah (fi sabilillah).”
Namun, Rasulullah pun segera memberikan tanggapannya, “Jangan berkata seperti itu wahai sahabat, andai saja seseorang itu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sehingga tidak sampai meminta-minta kepada orang lain, maka sesungguhnya dia sedang berjalan di jalan Allah.
” Rasulullah melanjutkan, jika seseorang bekerja untuk keluarganya, agar mereka tidak meminta-minta, maka dia juga berjalan di jalan Allah. Namun, jika bekerja semata untuk membanggakan diri dan menumpuk harta, maka dia berada di jalan setan.
Kisah ini mengajarkan bahwa bekerja dengan niat yang baik, seperti kemandirian ekonomi pribadi dan keluarga, bahkan hingga kemandirian sebuah bangsa, adalah sesuatu yang mulia. Namun, jika bekerja dilandasi oleh kesombongan atau hasrat untuk memperkaya diri demi kesenangan duniawi, maka hal tersebut bukanlah jalan yang diridhai Allah.
Kesimpulannya, bekerja memiliki nilai yang dalam jika dilakukan dengan niat yang benar dan tulus. Seperti pepatah, “Dalam setiap pekerjaan, niat adalah kunci.” Wallahu a’lam.