Fataya.co.id – Harga batu bara mengalami penurunan signifikan seiring dengan proyeksi penurunan produksi batu bara Amerika Serikat (AS) dan pertumbuhan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang masif di seluruh dunia. Penurunan ini terjadi karena permintaan AS diproyeksikan mencapai level terendah sejak tahun 1997.
Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Februari ditutup pada posisi US$ 126,25 per ton, mengalami pelemahan sebesar 3,99% pada perdagangan Kamis (11/1/2024). Harga tersebut mencapai titik terendah sejak 2 Januari 2024 atau tujuh hari perdagangan terakhir, menempatkan harga di bawah level psikologis US$ 126,25 per ton.
Koreksi harga ini terjadi dalam dua hari perdagangan terakhir, menggambarkan volatilitas pasar yang sedang berlangsung. Para analis menyebutkan bahwa penurunan ini dapat diatributkan pada proyeksi penurunan produksi batu bara AS dan tren global menuju Energi Baru Terbarukan.
Sementara permintaan AS diperkirakan mencapai titik terendah sejak hampir tiga dekade, industri EBT semakin berkembang di berbagai belahan dunia. Ini menciptakan tekanan lebih lanjut pada harga batu bara, yang mungkin mengalami tantangan lebih lanjut dalam beberapa waktu ke depan.
Para pelaku pasar dan investor di sektor energi memantau dengan cermat perkembangan ini, sementara harga batu bara terus menjadi indikator sensitif terhadap dinamika pasar global dan kebijakan energi di berbagai negara.
Sumber: @cnbcindonesia
