Fataya.co.id-Industri buy now pay later (BNPL) di Indonesia terus berkembang pesat, tetapi menghadapi tantangan serius terkait kredit macet yang dikuasai oleh generasi Z dan milenial.
Menurut Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu, nilai pinjaman BNPL mencapai Rp 28,22 Trilliun pada November 2023, mengalami kenaikan 16,99% secara year on year (yoy) dan 25,98% secara month to month (mtm).
“Dari data ini, dapat dilihat bahwa 45,16% pengguna Pay Later berusia 20-30 tahun. Provinsi Jawa Barat mendominasi dengan 24,93%, diikuti oleh DKI Jakarta 14,5%, dan Jawa Timur 10,2%,” ungkap Yohanes kepada CNBC Indonesia pada Senin (16/1/2024).
Meski terjadi pertumbuhan signifikan, kredit macet juga menjadi isu serius. Jawa Barat menempati peringkat tertinggi dengan penunggak pay later sebesar Rp 325,7 miliar, disusul oleh DKI Jakarta Rp 258 miliar dan Jawa Timur Rp 121,6 miliar.
Peningkatan pengguna BNPL diharapkan memberikan dorongan positif pada perekonomian, namun perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan untuk mengatasi masalah kredit macet di kalangan generasi muda, yang memiliki kontribusi signifikan dalam penggunaan layanan ini.
sumber : @cnbcindonesia
