Fataya.co.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut kejadian angin kencang di Rancaekek sebagai tornado pertama di Indonesia, meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sebaliknya.
Menurut Erna Yulihastin, Pakar Klimatologi BRIN, angin kencang yang menghantam Rancaekek adalah “angin tornado” yang sudah diprediksi satu tahun sebelumnya.
“Ramalan Kamajaya menyebut tornado Rancaekek itu sebagai extreme event pertama di Indonesia,” ungkap Erna dalam postingannya di media sosial.
Namun, BMKG menyatakan bahwa peristiwa yang terjadi merupakan angin puting beliung dengan intensitas besar, bukan tornado seperti yang disampaikan oleh BRIN.
Teguh Rahayu, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, menjelaskan bahwa fenomena alam tersebut adalah angin puting beliung.
“Peristiwa ini bukanlah angin tornado, ini murni puting beliung yang menghantam cukup besar,” kata Teguh Rahayu.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang, Atang Sutarno, juga menyanggah penggunaan istilah tornado untuk kejadian tersebut.
“Ia menyebut bahwa terdapat daerah yang sebelumnya mengalami curah hujan tinggi yang berbenturan dengan daerah lain yang mengalami panas yang tinggi,” ujar Atang dalam wawancara dengan CNNIndonesia TV.
Pernyataan dari Atang secara tidak langsung menjadi klarifikasi dari dugaan yang sempat dilontarkan oleh Erna Yulihastin sebelumnya, yang menyatakan peristiwa tersebut sebagai tornado.
Meskipun BRIN menyebutnya sebagai tornado, BMKG dan pihak lain menegaskan bahwa istilah tersebut tidak sesuai dengan kejadian yang terjadi.
Sumber: @undercover.id