Fataya.co.id – Cerita roro joggrang, Candi Prambanan menjadi latar belakang dari legenda Roro Jonggrang, sebuah cerita yang berasal dari Jawa Tengah dan masih sering dikenang hingga hari ini. Nama “Roro Jonggrang” sering kali disebut dalam konteks tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat atau dilakukan seorang diri.
Berikut ini adalah kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso, mitos yang melingkupinya, serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Mari kita kenali lebih lanjut!
Table of Contents
Kisah Cerita Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Dahulu kala, di Desa Prambanan, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka, seorang raja yang memiliki putri sangat cantik bernama Roro Jonggrang.
Namun, nasib malang menimpa kerajaan ini ketika Kerajaan Pengging, yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso, menyerang dan berhasil mengalahkan Prambanan.
Dalam pertempuran tersebut, Prabu Baka tewas di tangan Bandung Bondowoso, seorang ksatria yang memiliki kesaktian luar biasa.
Setelah berhasil menaklukkan Prambanan, Bandung Bondowoso mengambil alih istana kerajaan. Ketika melihat kecantikan Roro Jonggrang, ia terpesona dan berniat untuk memperistrinya.
Namun, Roro Jonggrang mengetahui bahwa Bandung Bondowoso adalah pembunuh ayahnya, sehingga ia mencari cara untuk menolak lamarannya.
Roro Jonggrang kemudian mengajukan syarat yang tampaknya mustahil, yaitu meminta Bandung Bondowoso untuk membangun 1.000 candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam.
Bandung Bondowoso menyanggupi permintaan tersebut dengan keyakinan bahwa ia dapat menyelesaikannya. Ia pun meminta bantuan kepada ayahnya dan mengerahkan bala tentara roh-roh halus untuk membantunya menyelesaikan tugas tersebut.
Hingga pukul empat pagi, hanya tersisa lima candi dan kedua sumur hampir selesai. Mengetahui bahwa persyaratan yang diajukan hampir terpenuhi, Roro Jonggrang menjadi khawatir dan takut harus menerima pinangan Bandung Bondowoso.
Dengan segera, ia mengumpulkan gadis-gadis di Desa Prambanan dan memerintahkan mereka untuk menyalakan obor, membakar jerami, memukul alu pada lesung, serta menaburkan bunga-bunga harum.
Suasana pagi yang diciptakan ini membuat langit tampak merah dan terang, seolah-olah matahari akan segera terbit.
Mendengar ayam jantan berkokok bersahut-sahutan, roh-roh halus yang membantu Bandung Bondowoso mengira bahwa hari telah pagi dan matahari akan segera terbit.
Mereka pun menghentikan pekerjaan dan meninggalkan tugas yang hampir selesai, menyisakan satu candi yang belum dibuat.
Bandung Bondowoso sangat marah ketika menyadari bahwa usahanya telah digagalkan. Dengan penuh amarah, ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca untuk melengkapi candi yang belum selesai tersebut.
Arca Roro Jonggrang kemudian ditempatkan di dalam ruang candi yang besar. Hingga kini, candi itu dikenal sebagai Candi Roro Jonggrang, sementara candi-candi di sekitarnya disebut Candi Sewu, meskipun jumlahnya belum mencapai seribu.
Mitos-mitos di Candi Prambanan berhubungan dengan Cerita Roro Jonggrang
Mitos Hubungan Kandas setelah Mengunjungi Candi Prambanan
Candi Prambanan tidak hanya terkenal karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga karena mitos-mitos yang melingkupinya. Salah satu mitos yang berkembang adalah mengenai putusnya hubungan sepasang kekasih yang dikaitkan dengan legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Menurut mitos ini, hubungan cinta antara sepasang kekasih yang mengunjungi Candi Prambanan dipercaya akan kandas dalam waktu singkat.
Mitos ini berakar dari kisah Bandung Bondowoso, yang meskipun dikenal sebagai sosok yang kejam, memiliki cinta yang tulus terhadap Roro Jonggrang.
Namun, cintanya ditolak karena Roro Jonggrang masih menyimpan dendam atas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Bandung Bondowoso.
Meskipun Bandung Bondowoso berhasil memenuhi hampir seluruh syarat yang diajukan Roro Jonggrang, yakni membangun 1.000 candi dalam satu malam, Roro Jonggrang justru melakukan kecurangan untuk menggagalkan usahanya.
Akibatnya, Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang kini berada di dalam salah satu candi di kompleks Candi Prambanan.
Oleh karena itu, mitos ini mengandung kepercayaan bahwa setiap pasangan yang masuk ke Candi Prambanan akan mengalami nasib yang serupa, yaitu putusnya hubungan mereka.
Mitos Mudah Mendapat Keturunan
Para pengunjung lokal meyakini bahwa dengan memanjatkan doa di hadapan patung Roro Jonggrang yang terletak di dalam kompleks Candi Prambanan, mereka akan dianugerahi kebahagiaan berupa kehadiran seorang anak dalam keluarga mereka.
Keyakinan ini semakin diperkuat oleh berbagai kisah yang beredar di kalangan masyarakat, di mana beberapa pasangan yang sebelumnya kesulitan memiliki keturunan, akhirnya berhasil memiliki anak setelah melakukan ritual doa di candi tersebut.
Pengunjung memanfaatkan kesempatan ini untuk memohon berkah kesuburan dan kemudahan dalam memperoleh keturunan, dengan harapan bahwa doa-doa mereka akan dijawab, dan keinginan mereka untuk memiliki anak dapat terwujud melalui perantaraan patung Roro Jonggrang yang dianggap sakral.
Pesan Moral di Balik Cerita Roro Jonggrang
Kisah Roro Jonggrang dan Candi Prambanan menyimpan sejumlah pesan moral yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita.
Salah satu pelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya menghindari sifat serakah, yang tidak hanya bisa merugikan orang lain, tetapi juga diri kita sendiri.
Hal ini tercermin dalam tindakan Roro Jonggrang, yang dengan kelicikannya mencoba menghindari janji yang telah ia buat kepada Bandung Bondowoso sebelum bersedia menikah dengannya.
Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak memaksakan kehendak atau keinginan kita kepada orang lain.
Bandung Bondowoso, meskipun sangat mencintai Roro Jonggrang, tetap bersalah karena memaksakan kehendaknya untuk menikahi Roro Jonggrang, meskipun ia tahu bahwa hati Roro Jonggrang belum terbuka untuknya.
Tindakan memaksakan kehendak ini pada akhirnya hanya membawa kesengsaraan bagi kedua belah pihak.
Terakhir, kisah ini menekankan pentingnya menepati janji dan menjauhi perbuatan curang. Roro Jonggrang yang berusaha curang dengan mengelabui Bandung Bondowoso demi kepentingan pribadinya, akhirnya menerima hukuman yang setimpal.
Dari sini kita belajar bahwa kejujuran dan kesetiaan pada janji adalah nilai-nilai yang harus dipegang teguh dalam menjalani kehidupan.
Editor: Kayla Rachma
Content Planner: Adnan Wahyudi