Biografi Imam Bukhari dan ketekunannya dalam belajar

biografi imam bukhari

Table of Contents

Biografi Imam Bukhari sang ahli hadist

biografi imam bukhari

 

Biografi imam Bukhari merupakan kisah seorang ulama’ yang berjasa besar dalam perkembangan agama Islam.

Imam Bukhari adalah seorang tokoh terkemuka dalam ilmu hadits. Bahkan Imam Bukhari merupakan salah seorang pakar hadits terkemuka dengan banyak buah karya.

Salah satu buah karya Imam Bukhari yang paling terkenal adalah kitab Shahih Bukhari. Dimana Shahih Bukhari merupakan kitab hadits yang paling otoriter di samping sohih hadist Muslim.

Hadist imam Bukhari banyak di nukil dan di jadikan rujukan ulama’ tentang agama. Terutama bidang akidah, fiqih dan akhlak.

Maka tak heran jika kitab sohih Bukhari menjadi kitab hadist yang punya otoritas tinggi setelah Al Quran.

 

Biografi Imam Bukhari

Imam Bukhari lahir pada tanggal 13 Syawal, hari Jumat tahun 194 Hijriyah. Beliau lahir di kota Bukartis.

 

Pada hari yang mulia itu telah lahir seorang anak yang mulia dari seorang ayah yang mulia. Beliau diberi nama Muhammad. Bayi cerdas ini dalam dunia islam dikenal sebagai pakar hadits terkemuka.

Nama asli imam Bukhari adalah Abu Abdillah. Beliau punya nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al mughirah bin Baedizbah Al-Jufri Bin Abu Abdillah. Beliau dikenal luas sebagai Imam Bukhari.

 

Masa anak-anak Imam Bukhari

Imam Bukhari semenjak masih kecil sudah ditinggal wafat oleh ayahnya. Sehingga beliau dirawat dengan penuh cinta kasih dan dididik dengan akhlak mulia dan ilmu oleh Ibundanya.

Sejak kecil, Bukhari kecil sudah merasakan sedih dan pilu.

Terutama ketika beliau dan keluarganya menerima cobaan dari Allah saat meninggalnya sang ayah. Semenjak ditinggal wafat ayahnya, Imam Bukhari kecil kehilangan  penglihatan.

 

Menghadapi masalah yang sulit dan pelik dalam keluarga, sang Ibu Tetap sabar dan tabah.

Dengan penuh semangat tanpa mengenal kata menyerah, sang ibu selalu bermunajat dan berdoa kepada Allah agar penglihatan sang putra normal kembali.

Hingga suatu malam sang ibu bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim. Dalam mimpi ini sang Ibu menerima nasihat dari nabi Ibrahim:

“Wahai Ibu, Sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan putramu. karena ketabahan yang engkau miliki  serta munajatmu yang selalu sambung kepada Allah”. 

Selepas terjaga dari tidur, sang ibu melihat putranya telah kembali normal penglihatannya. Sungguh gembira hati sang ibu saat melihat putranya telah kembali normal dan bisa melihat  kembali. 

 

Imam Bukhari adalah putra dari seorang ulama yang tersohor bernama Ismail. Ismail merupakan seorang ulama yang memiliki ilmu yang sangat dalam, terutama dalam bidang hadis.

Maka tak heran ketika sang ayah wafat, Bukhari kecil mewarisi rasa cinta yang sangat dalam terhadap ilmu Hadist.

Sehingga di dalam rumah, Bukhori kecil belajar dengan tekun dan melahap buku-buku hadist ayahnya hingga habis.

Dalam usia yang sangat muda Imam Bukhari telah memiliki pengetahuan dan ilmu Hadis yang cukup dalam.

Semua terjadi berkat kesabaran, ketabahan ibunya yang mengasuh dan mendidiknya dengan kasih sayang.

Di usia remaja dan umur belia, Bukhari telah hafal kitab Karya Ibnu Mubarok dan  Waqi’ bin Al Jarrah. Bukan hanya hafal, beliau juga memahami dan menguasai isi kitab tersebut cukup mendalam.

 

Bukhari kecil Belajar ilmu hadits

Imam Bukhari dikenal sebagai seotang yang alim yang tekun dalam belajar. Kisah ketekunan imam Bukhari dalam belajar sudah nampak sejak kecil.

Awal mulanya,

Imam Bukhari di masa remaja melaksanakan ibadah haji bersama Ibunda dan saudara laki-lakinya bernama Ahmad.

Selepas menjalankan ibadah haji, Ibu dan saudaranya pulang ke kampung halaman. Sedangkan Imam Bukhari melanjutkan mencari ilmu di Mekkah. 

Baca juga Kisah nabi Isa. Ternyata, Isa tidak pernah di salib

Guru imam Bukhari

Kedalaman ilmu dan keluasan pengetahuan imam Bukhari nampak dari banyaknya daerah  yang beliau singgahi untuk belajar dan menimba ilmu, banyakanya guru dan ahli ilmu yang beliau datangi untuk belajar dan mencari ilmu.

Di Makkah beliau mempelajari ilmu hadits kepada ulama tenar dan terkenal.

Dalam masa belajar di Mekah ini, beliau banyak belajar kepada Imam Abu Al Walid Bin Ahmad bin Al Azroqy, Ismail bi  Salim As Shoigh, Abdullah bin Zaid, Abu BakaBakar bin Abdullah bin Zubair, dan Al Allamah Al Humaidy.

Imam Bukhari semasa remaja adalah seorang pembelajar sejati. Beliau selalu belajar dengan sungguh-sungguh.

Beliau mempelajari ilmu hadits dari guru gurunya. Tahun 212 Hijriyah, saat beliau merasa cukup belajar di kota Makkah Al Mukaromah.

Selanjutnya beliau melanjutkan pengembaraan pergi ke kota Madinah. Imam Bukhari berguru kepada beberapa ulama terkemuka. Mulai dari Imam Ibrahim al-mundzir, Ibrahim bin Hamzah, Mutharrif bin Abdullah,  serta Abu Tsabit Muhammad. 

 

Selama di kota Madinah, Imam Bukhari bukan hanya belajar dan berguru kepada guru-guru terkenal dan dalam keilmuannya. Beliau  juga menulis 2 kitab, yaitu kitab Qadhaya Al Sahabah wa Al  Tabiin dan kitab Tarikh Al Kabir.

 

 Dimana 2 kitab ini ditulis oleh beliau  di makam rasulullah pada malam bulan Qomariyah. Saat menulis 2 kitab ini beliau baru genap usia 18 tahun. Usia yang sangat belia untuk seorang ulama’ yang punya karya kitab.

 

Setelah merasa cukup menghilangkan dahaga keilmuannya di kota Madinah Al Munawaroh, kota suci Rasulullah.

Imam Bukhari selanjutnya pergi ke kota Basrah. Disana beliau bermulazamah dan belajar kepada guru-guru terkemuka.

Mereka adalah Abu Ashim An Nabil, Badil bin Tsabit Al Mahbar, Affan bin Muslim, Harami bin Imarah, Shafwan bin Isa, Muhammad bin Sinan. 

 

Selanjutnya beliau melanjutkan perjalanan menuntut ilmunya ke kota Kufah. Di kota Kufah ini, beliau banyak belajar kepada guru-guru yang dalam keilmuannya. Mulai dari Abdullah bin Musa, Abu nu’aim Bin Yakub, Hasan bin ar-rabi’, Ismail bin Aban, Khalid bin Al Mujalid, Said bin Hafsh.

 

Tidak hanya sampai di situ, Imam Bukhari masih haus akan ilmu pengetahuan terutama ilmu tentang hadits.

Selanjutnya Imam Bukhari melanjutkan perjalanannya ke kota Syam. Di kota Syam ini beliau banyak belajar dan menimba ilmu Hadis kepada guru-guru terkemuka. Mulai dari Yusuf Al Faryabi, Adam bin Ilyas, Abu Ishaq bin Ibrahim, Abul Yaman Al Hakam bin Nafi’ serta Hayawah bin Syuraih.

 

Selanjutnya Imam Bukhari melanjutkan perjalanan mencari ilmunya ke kota Mesir. Di kota Mesir ini, beliau belajar kepada Utsman bin As Shai’igh, Said bin Abi Maryam, Abdullah bin saleh dan Ahmad bin Syu’aib.

 

Bukan hanya kota-kota terkemuka tempat para ahli ilmu belajar. Beliau juga belajar dan berkelana ke Jazirah Arab, Khurasan dan daerah Maroko, Harah dan Balakh.

 

Imam Bukhari Zuhud dan warak

Imam Bukhari merupakan seorang ulama hadis yang sangat terkenal. Beliau dikenal sebagai ahli ibadah yang sangat zuhud dan wara’. Dikisahkan dari Muhammad bin Abi Hatim dia telah berkata “Aku telah mendengar bahwa Sulaiman bin Mujahid telah berkata “Selama 60 tahun aku belum pernah melihat orang yang lebih wirai’ di dunia ini lebih Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari)” 

 

Gunjhar menjelaskan dalam kitab tarikhnya. Dia berkata, Ahmad bin Muhammad bin Umar Al Muqri memberi kabar kepadaku dia telah berkata Abu Sa’id Abu Bakar bin Muna telah memberikan kabar kepada-ku, ia berkata :

“Barang dagangan Imam Bukhari yang dibawa oleh Abu Hafsh telah tiba pada sore hari ini. Para pedagang berkumpul untuk membeli barang dagangan itu. Mereka siap memberikan laba besar 50.000 dirham kepada Imam  Bukhari tetapi Imam Bukhari berkata “Kalian Pergilah karena malam telah tiba”.

 

Di pagi hari para pedagang lain datang untuk membeli barang dagangan Imam Bukhari dan mereka siap memberikan laba hingga 10.000 dirham. Tetapi Apa jawaban Imam Bukhari? Beliau menolak mereka karena suatu sebab.

Hingga Beliau berkata “Sesungguhnya semalam aku telah berniat hendak menjual barang dagangannya kepada penawar pertama. Akhirnya barang itu pun diberikan kepada pedagang yang pertama menawarnya. Seraya Imam Bukhari berkata aku tidak suka membatalkan Niatku”.

 

Ketekunan ibadah Imam Bukhari 

Al Khatib Al-Baghdadi menjelaskan dalam kitab Tarikhnya yaitu Tarikh Baghdad. Dia telah berkata “Dari Muhammad bin Abi Hatim Al Waraq, ia berkata:

“Imam Bukhari pernah salat 13 rokaat dengan Witir 1 rakaat di waktu sahur. Pada saat salat itu Imam Bukhari tidak membangunkan aku yang sedang tidur  di dekatnya. Sehingga aku berkata kepadanya “Bagaimana kamu bisa melaksanakan ibadah yang mulia ini dan tidak membangunkanku”. Beliau menjawab “Sungguh, kamu masih muda dan aku tidak mau mengganggu tidurmu”.

 

Dalam sebuah riwayat lain dijelaskan bahwa Imam Bukhari berkumpul bersama sahabat dalam rangka untuk menjalankan salat.

Di mana dalam salat itu beliau banyak membaca 20 ayat setiap rakaatnya hingga khatam. Pada saat waktu sahur, dia membaca separuh atau sepertiga Al-Quran dan menghantamkannya di setiap 3 malam sekali.

Di siang hari juga begitu, beliau menghatamkan Al Quran ketika waktu berbuka jika beliau sedang puasa. Seraya beliau berkata bahwa “Seseorang yang menghatamkan Al Quran doanya akan mustajab disisi Allah”. 

Baca juga Kisah nabi Sulaiman berdakwah pada kaumnya

Fitnah yang menimpa Imam Bukhari

Diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Munir bin Khulaid bin Askar, beliau  pernah berkata bahwa Khalid bin Ahmad Adz Dzahuli adalah seorang Amir di daerah Bukhar menemui seorang utusan untuk bertemu dengan Imam Bukhari. 

 

Selanjutnya sang utusan menyampaikan pesan dari sang amir agar Imam Bukhari bersedia membawa kitab karya Al Jami’ At Tharikh dan yang lainnya kepadanya, agar Imam Bukhari bersedia membacakan kitab itu untuknya.

 

Mendengar ucapan sang utusan itu, imam Bukhari  berkata “Aku tidak akan menghinakan ilmu dan aku tidak akan membawakannya ke semua pintu manusia. Silakan katakan kepadanya, bila dia mau dan membutuhkan ilmu itu, maka datang sendiri ke masjidku atau ke rumahku”.

 

Sang amir (khalid) merasa tersinggung dengan penolakan Imam Bukhari ini. Dia menggunakan Harist bin Abi Al-Warraq untuk menjelekkan mazhab Imam Bukhari hingga akhirnya beliau terpaksa meninggalkan kampung halamannya.

 

Dalam waktu 1 bulan setelah Imam Bukhari meninggalkan kampung halamannya, Allah menunjukkan sikap murka kepada mereka yang memusuhi imam Bukhari.

 

Dikabarkan  bahwa Khalid bin Ahmad tertimpa musibah lengser dari jabatan. Hingga dia terhina dan masuk penjara.

Sedangkan sang utusan yaitu Harist bin Al Warraqa mendapatkan bencana yang sangat besar hingga anaknya juga tertimpa bencana yang sangat menyedihkan.

 

Ketika meninggalkan kampung halamannya, imam Bukhari segera bertolak menuju Kampung di kota samarkand yang bernama Bahkratank. 

 

Di tempat baru ini Beliau memiliki beberapa kerabat yang sudah lama domisili disana. Sehingga beliau diterima tinggal bersama mereka.

 

Ghali bin Jibril berkata “Sungguh imam Bukhari tinggal disini, tak lama berselang, beliau menderita suatu penyakit”.

Ketika ada beberapa orang utusan dari Samarkand mengunjungi Imam Bukhari, seraya mengharap sang Imam mau dan bersedia keluar bersama mereka. Dan beliaupun menerima dan menyanggupinya.

Beliau berjalan beberapa langkah menuju kendaraan, beliau berkata kepadaku “Tolong bantu aku. Aku sudah tidak kuat lagi. Kwmudian beliau beranjak istirahat dan berbaring seraya  berdoa.

Dalam tidurnya itu, Imam Bukhari banyak mengeluarkan keringat. 

Beliau berwasiat “Bila aku meninggal, tolong beri aku kafan 3 lapis tanpa sorban. Beliau tersenyum wajahnya. Sehingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

asuransi syariah, life insurance, car insurance, student insurance

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*