Fataya.co.id – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, mendapat sorotan atas penggunaan istilah yang dianggap sulit saat debat Cawapres pada Jumat malam, 22 Desember 2023.
Salah satu istilah yang menjadi perbincangan adalah SGIE atau State of the Global Islamic Economy.
Dalam debat tersebut, Gibran Rakabuming Raka tampak memberikan pertanyaan kepada Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, mengenai strategi untuk meningkatkan peringkat Indonesia di SGIE. Namun, Cak Imin membalas dengan bertanya tentang arti dari SGIE tersebut.
Menyikapi kritik terkait penggunaan istilah yang dianggap sulit, Gibran Rakabuming Raka memberikan klarifikasi. Gibran menegaskan bahwa istilah-istilah yang digunakan bukanlah sesuatu yang sulit dan rumit.
Dalam sebuah komentar di akun Instagram beritasatu, Gibran menjelaskan, “Kata-kata yang saya gunakan bukanlah istilah yang sulit. SGIE hanyalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy, sesuatu yang seharusnya menjadi perhatian kita semua.”
Pernyataan Gibran tersebut muncul setelah banyak pihak meragukan pemahaman publik mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam debat tersebut.
Meskipun banyak yang menilai bahwa SGIE termasuk dalam kategori istilah yang cukup teknis, Gibran menegaskan bahwa hal tersebut seharusnya menjadi fokus bersama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kritik terhadap penggunaan istilah sulit dalam debat politik bukanlah hal baru. Sejumlah kalangan menilai bahwa penggunaan istilah yang kompleks dapat membingungkan masyarakat awam dan mengurangi daya serap informasi.
Meski begitu, Gibran Rakabuming Raka berpendapat bahwa pemahaman mengenai ekonomi global, terutama dalam konteks ekonomi Islam, adalah sesuatu yang perlu ditingkatkan.
Debat Cawapres menjadi ajang penting bagi masyarakat untuk mendapatkan gambaran mengenai visi dan pemahaman calon wakil presiden terkait isu-isu krusial.
Meski kontroversial, pernyataan Gibran Rakabuming Raka diharapkan dapat menjadi pemantik diskusi lebih lanjut mengenai urgensi pemahaman ekonomi global di kalangan masyarakat Indonesia.
Sumber: @beritasatu
