Anwar Usman Diberhentikan – Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MK) mengambil langkah tegas dengan menjatuhkan sanksi pemberhentian kepada Anwar Usman dari jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Tindakan ini berkaitan dengan putusan uji materi batas usia calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).
Anwar Usman terbukti melanggar kode etik dan prinsip profesi hakim konstitusi terkait uji materi pasal syarat batas usia capres-cawapres. Keputusan MK ini juga memunculkan pertanyaan mengenai dampak politik di tengah persiapan pemilihan presiden. Anwar Usman memiliki sejarah panjang dalam Mahkamah Konstitusi, dari jabatan hakim hingga menjadi Ketua MK. Namun, perkawinannya dengan adik Presiden Jokowi, Idayati, menarik sorotan dan memunculkan kritik.
Pernikahan Anwar dengan Idayati dianggap sebagai pernikahan politik oleh beberapa pihak, meskipun Anwar membantahnya. Hal ini mengundang perdebatan di kalangan masyarakat. Setelah pernikahan dengan Idayati, muncul desakan agar Anwar mengundurkan diri dari jabatan Ketua MK, karena potensi konflik kepentingan terkait pemilu dan perkara-perkara penting lainnya yang akan ditangani oleh MK.
Proses hukum terkait syarat batas usia capres-cawapres berlanjut dengan sejumlah gugatan yang diajukan, termasuk oleh seorang mahasiswa bernama Almas Tsaqibbirru. MK mengabulkan sebagian gugatan ini, membuka peluang bagi calon presiden muda. Putusan MK memicu perdebatan di kalangan pakar hukum tata negara, yang mengkritik kewenangan MK dalam mengubah aturan terkait undang-undang. Beberapa pihak melaporkan dugaan pelanggaran etik Anwar ke MK.
MK dibentuk untuk mengatasi dugaan pelanggaran etik oleh Anwar. Terdapat banyak masalah terkait kode etik yang muncul selama proses sidang. Dalam putusan, MK menyatakan bahwa Anwar terbukti melakukan pelanggaran berat terhadap kode etik hakim konstitusi.
MK menjatuhkan sanksi berat, termasuk pemberhentian tidak dengan hormat bagi Anwar, yang berarti dia tidak dapat mencalonkan diri sebagai pimpinan MK sampai masa jabatannya berakhir. Hal ini juga membatasi keterlibatannya dalam pemilihan dan pengambilan keputusan terkait pemilu.
Dalam putusan MK, terdapat pendapat berbeda dari Anggota MK yang perwakilan akademisi. Mereka berpendapat bahwa sanksi yang diberikan kepada Anwar seharusnya lebih berat. Putusan MK telah menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai pihak, termasuk politisi dan masyarakat umum. Beberapa mendukung keputusan ini, sementara yang lain meragukan kewenangan MK dalam menangani kasus ini.
Anwar Usman sekarang menghadapi tantangan besar terkait masa depannya di Mahkamah Konstitusi dan hubungannya dengan Presiden Jokowi. Keputusan MK berpotensi berdampak pada dinamika politik di Indonesia.