Anak Desa Turi Bersepeda Demi Cinta Ibu di Surabaya!

Perjalanan Heroik Riki: Anak Desa Turi Bersepeda Demi Cinta Ibu di Surabaya!

Diposting pada

Fataya.co.id – Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, bernama Riki, yang berasal dari Desa Turi, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, menciptakan kisah luar biasa ketika ia mengambil keputusan untuk menempuh perjalanan ratusan kilometer dengan sepeda, dengan satu tujuan dalam benaknya: menemui sang ibu di Surabaya.

Riki, hanya membawa satu tas berisi pakaian, memulai perjalanannya dengan semangat yang tinggi.

Namun, setelah menempuh jarak sekitar 30 kilometer, ia menyadari bahwa uang saku yang dimilikinya tidak cukup untuk melanjutkan perjalanan hingga ke Surabaya.

Tanpa ragu, Riki mengambil keputusan berani dengan menjual ponsel miliknya di salah satu counter di wilayah Desa Tobo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro.

Perjalanan Riki tidak berjalan mulus, dan ia menemui kendala di Terminal Rajekwesi, Bojonegoro.

Dalam kebingungannya, seorang tukang ojek yang melihat Riki mendekat dan bertanya ke mana tujuannya.

Tukang ojek tersebut, yang memiliki hati mulia, kemudian memutuskan untuk membantu Riki dengan membawanya ke Mapolsek Ngambon.

Petugas di Mapolsek Ngambon merasa simpati terhadap kisah Riki dan memutuskan untuk mengantarkannya pulang ke rumah kakeknya.

BACA JUGA :   Blacklist International Siap Menggebrak MPL PH S13 dengan Kekuatan Baru

Sebelumnya, keluarga Riki telah melaporkan kehilangan anaknya, dan Riki pergi tanpa memberikan pamitan kepada siapapun.

Ibu Riki, yang bekerja di Surabaya, merasa lega setelah mengetahui bahwa putranya yang hilang telah ditemukan dan aman kembali ke pelukan keluarganya.

Kisah perjalanan Riki ini menjadi sorotan karena keberaniannya dan juga menyentuh hati banyak orang.

Tindakan tukang ojek yang peduli dan bantuan dari petugas Mapolsek Ngambon turut memberikan sentuhan kemanusiaan dalam kisah ini.

Semoga kisah Riki menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya keberanian, empati, dan kepedulian dalam membantu sesama, terutama dalam situasi yang sulit seperti ini.

Sumber: @indo_psikologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *