Sebagian besar analisis awal seharusnya menjadikan Girona sebagai kandidat serius untuk meraih gelar juara. Namun, melalui prediksi Opta, harapan tersebut tampaknya sirna.
Mereka lebih dekat dengan zona degradasi ketimbang meraih gelar juara, sebuah situasi yang jarang terjadi dalam sejarah kompetisi.
Girona FC, yang mempunyai markas di Stadion Motilivi, merupakan tim yang harus bekerja keras untuk meraih prestasi di atas kertas.
Stadion ini diakui sebagai stadion terkecil di LALIGA 2023/2024, dengan kapasitas hanya mampu menampung 14,624 penonton. Sebagai perbandingan, Stadion Surajaya di Lamongan atau Stadion Demang Lehman di markas Barito Putera di Indonesia masing-masing bisa menampung 15.000 penonton.
Meski memiliki kapasitas kecil, Stadion Motilivi memberikan pengalaman unik bagi pemain dan penggemar.
Dengan jarak yang sangat dekat antara pemain dan fans, suasana saling ‘sentuh’ dan bertukar rasa dapat dirasakan dengan intensitas tinggi.
Penggemar Girona dapat merasakan detil-detil suara bola saat ditendang oleh pemain seperti Cristhian Stuani, menciptakan ikatan emosional yang kuat antara tim dan pendukung.
Slogan klub “El ‘Girona FC també és meu'” yang berarti “Girona juga milikku” tidak hanya menjadi tagline, melainkan sebuah realitas yang dirasakan oleh para fans Girona.
Meskipun dalam persaingan yang sengit, mereka tetap setia dan mendukung tim mereka dengan penuh semangat.
Meski demikian, pertanyaan besar tetap menggantung: Apakah Girona FC mampu melampaui prediksi dan membalikkan situasi untuk meraih gelar juara di LALIGA musim ini?
Suasana dan semangat yang diciptakan oleh Stadion Motilivi dan penggemar setia mungkin akan menjadi kunci untuk mengubah nasib Girona FC di kompetisi ini. Kita tunggu saja bagaimana perjalanan mereka melanjutkan musim ini.
Sumber:@Bolanet